Ambiyah betul-betul merasakan pentingnya kehadiran Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat, setelah diharuskan dokter untuk menjalani cuci darah rutin dua kali dalam seminggu.
Di sela menjalani pengobatan, Ambiyah menuturkan pengalaman memanfaatkan kartu JKN-KIS. Ia mmulai mencuci darah sejak tiga tahun lalu,
"Awalnya dulu darah tinggi dan sempat rawat inap sampai empat malam. Terus juga sempat berobat di sini, tapi disuruh rawat jalan dulu sampai akhirnya karena sudah tidak tahan lagi dirujuk ke Palembang. Ketika dicek semua di Palembang baru ketahuan ada batu ginjal, jadi dianjurkan dokternya untuk cuci darah," tutur Ambiyah, Jumat (19/06).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ambiyah bahkan pernah menjalani dua kali cuci darah di Palembang selama 10 hari. Menurutnya, ketika tubuhnya mulai terasa berkeringat dingin dan susah berjalan, baru ia berobat. Hal itu terpaksa ia lakukan karena dari kediamannya membutuhkan waktu cukup lama untuk sampai ke Palembang.
Ia pun merasa amat bersyukur, mengetahui pengobatan itu ditanggung seluruhnya oleh BPJS Kesehatan dengan berbekas kartu JKN-KIS. Baru-baru ini, karena ada penyesuaian iuran, ia pun memutuskan memilih turun ke kelas III.
"Mau di kelas berapa pun tidak masalah, yang penting kartu JKN-KIS tetap aktif. Tiga tahun saya sudah cuci darah dan tidak menemukan kendala. Pelayanan di rumah sakit juga bagus,"
"Saya kalau disuruh bayar sendiri untuk cuci darah, tidak punya uangnya. Kalau tidak sehat dan tidak punya kartu JKN-KIS ini mungkin tidak bisa ke kebun untuk mencari uang. Kalau tidak ada BPJS Kesehatan tidak tahu bisa berobat atau tidak," ucapnya.
Dari sejumlah pengalaman pribadi selama ini, Ambiyah merasakan manfaat besar Program JKN-KIS. Walaupun hanya membayar iuran setiap bulan, namun nominal yang ia keluarkan tak sebanding dengan besarnya manfaat yang ia terima. Kini, Ambiyah dapat menikmati kemudahan berobat dengan tenang tanpa memikirkan biaya lagi.
(rea)