PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM meminta suntikan modal alias penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp1,5 triliun dapat dicairkan sebelum September 2020. Alasannya, Direktur PNM Arief Mulyadi mengatakan hal itu diperlukan agar perseroan dapat mencapai target 6,6 juta nasabah hingga akhir tahun.
"Kalau boleh kami usulkan kami bisa dapatkan tambahan PMN ini di September karena di September praktis sulit kalau tetap menyalurkan dan tetap memenuhi kewajiban kami kepada investor dan lender. Kalau ini enggak turun-turun jumlah nasabah aktif di mekaar pun akan semakin menurun," ucapnya di komisi VI DPR, Rabu (24/6).
Hingga saat ini, lanjut Arif, perseroan mengelola lebih dari 6,4 juta nasabah aktif yang mana lebih dari 98 persen nasabah merupakan perempuan pra-sejahtera. Dengan PMN tersebut, ia optimistis perusahaan dapat turut menggerakkan roda perekonomian masyarakat yang terdampak covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampak pandemi covid-19 terhadap kemampuan membayar nasabah telah menyebabkan perseroan kehilangan potensi pendapatan pada 2020," ujarnya.
Di sisi lain, Arif menambahkan pandemi covid-19 juga telah menekan kinerja keuangan dan membuat rasio utang terhadap ekuitas atau debt equity ratio (DER) mencapai 7,8 kali pada Mei 2020.
Jika suntikan modal ini tak dikabulkan, maka DER akan membengkak ke angka 12,3 kali dan tidak bisa ditutupi dari kreditur maupun dari investor "DER kami yang salah satu paling utama melatarbelakangi usulan kami mendapatkan PMN dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN)," imbuhnya.
Kemudian, Arif juga menuturkan perusahaannya bisa merugi hingga Rp1,371 triliun jika tak mendapat PMN tahun ini. Taksiran kerugian tersebut didapat dari hasil skenario dampak pandemi covid-19 terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Dari sisi likuiditas, pada skenario optimistis posisi kas perseroan sudah akan negatif pada November 2020 jika tak mendapat PMN. Sementara, pada skenario pesimistis, arus kas perusahaan sudah akan negatif dpada September jika tidak ada suntikan modal.
"Sementara, dari sisi profitabilitas, perusahaan akan rugi sebesar Rp447 miliar dalam skenario optimistis, sedangkan pada skenario pesimistis rugi perusahaan akan mencapai Rp1,371 triliun," pungkasnya.