Corona, BEI Diskon Biaya IPO 50 Persen jadi Rp12,5 Juta

CNN Indonesia
Sabtu, 27 Jun 2020 19:21 WIB
Papan monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa efek Indonesia, Jakarta, 27 Februari 2019. Pada pembukaan  saham sesi pertaman , Rabu (27/2/2019), IHSG melemah 8,915 poin (0,10%) ke 6.535,136. Indeks LQ 45 berkurang 1,715 poin (0,17%) ke 1.023,207. CNN Indonesia/Hesti Rika
BEI memberi diskon biaya pencatatan awal saham sebesar 50 persen untuk penawaran saham perdana bagi calon perusahaan terbuka di pasar modal.(CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memberi diskon biaya pencatatan awal saham (Initial Listing Fee/ILF) sebesar 50 persen untuk penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) bagi calon perusahaan terbuka atau emiten di pasar modal. Diskon diberikan dalam rangka stimulus di tengah tekanan pandemi virus corona atau covid-19 dan berlaku mulai 18 Juni sampai 17 Desember 2020. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan ketentuan biaya pencatatan awal saham terbagi dalam tiga kelas. Pertama, papan utama dengan biaya pencatatan saham minimal Rp25 juta dan maksimal Rp250 juta. 

"Maka untuk minimumnya menjadi Rp12,5 juta. Ini sesuai market cap terdiri dari perkalian jumlah saham yang dicatatkan dan harga sahamnya, nah yang maksimal Rp250 juta turun jadi Rp125 juta," ujar Nyoman saat konferensi pers virtual, Jumat (26/6). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, papan pengembangan. Biaya pencatatan awal saham kelas ini berkisar Rp25 juta sampai Rp150 juta, maka dengan diskon separuh harga menjadi Rp12,5 juta sampai Rp75 juta. 

Ketiga, papan akselerasi dengan biaya pencatatan awal Rp25 juta, maka setelah diskon menjadi Rp12,5 juta juga. "Untuk yang papan akselerasi tidak ada minimum dan maksimumnya," imbuhnya. 

Di sisi lain, sambung Nyoman, BEI juga memberi diskon bagi perusahaan yang sudah tercatat di bursa saham. Mereka bisa mendapat diskon untuk biaya aksi korporasi, misalnya penambahan modal dengan penerbitan saham tambahan. 

Untuk emiten di papan utama, biaya akan diturunkan 50 persen dari minimal Rp10 juta dan maksimal Rp150 juta menjadi minimal Rp5 juta dan maksimal Rp75 juta. Begitu pula dengan perusahaan di papan pengembangan, ketentuan tarifnya sama. 

"Untuk papan akselerasi sebelum pemotongan tidak Rp25 juta, tidak ada minimum dan maksimum karena papan akselerasi adalah campuran antara small, medium, dan enterprise, biayanya menjadi Rp12,5 juta," jelasnya. 

Nyoman berharap kebijakan diskon ini bisa menjadi stimulus bagi calon perusahaan tercatat, sehingga minat mereka untuk mencari pendanaan dengan melantai di bursa tetap ada di tengah pandemi corona. Sebab, BEI selaku bagian dari regulator pasar modal (Self Regulatory Organization/SRO) turut menyadari tekanan pandemi umumnya turut menurunkan kemampuan keuangan  perusahaan, maka stimulus diharapkan bisa membantu. 

Begitu pula dengan perusahaan yang sudah tercatat di BEI. Kebijakan ini diharapkan bisa membantu kelancaran aksi korporasi bagi emiten, sehingga peningkatan bisnis tetap bisa diupayakan. 

"Ini adalah sharing pain and sharing happiness," imbuhnya. 

Sementara BEI mencatat ada 28 perusahaan baru yang sudah melakukan IPO pada periode Januari-Juni 2020. Rencananya ada 21 perusahaan lagi yang bakal melantai di bursa sampai akhir tahun. 

Stimulus Lain 

Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan stimulus yang disiapkan sejatinya tidak hanya diskon biaya pencatatan awal saham dalam rangka IPO. Namun, ada beberapa stimulus lain yang sudah disetujui oleh para anggota RSO, seperti Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). 

KPEI, kata Inarno, akan menurunkan biaya transaksi harian saham dari 1 basis poin (bps) menjadi 0,5 bps. Saat ini, sambungnya, Rerata Nilai Transaksi Harian (RNTH) mencapai Rp7,72 triliun per hari secara tahun berjalan dari Januari-Juni 2020. 

"Maka secara total stimulus yang diberikan ekuivalen dengan Rp133,8 miliar," ujarnya pada kesempatan yang sama. 

Inarno memastikan bila transaksi harian meningkat, maka nominal stimulus yang diberikan akan meningkat. Saat ini saja misalnya, RNTH sebenarnya sudah mencapai Rp10,2 triliun per hari pada Juni 2020. 

Selanjutnya, KSEI akan memberikan biaya jasa, pembebasan biaya jasa, dan pembiayaan. Stimulus ini akan menyasar perusahaan penerbit efek, perusahaan efek dan bank kustodian, industri reksa dana, dan tentunya investor. 

[Gambas:Video CNN]



(uli/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER