Organisasi filantropi global berinisiatif menggalang dana mencapai US$2,5 miliar atau setara Rp35,71 triliun (berdasarkan asumsi kurs Rp14.285 per dolar AS) untuk investasi energi bersih di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Rencananya, pendanaan tahap awal akan menyasar proyek energi bersih di Vietnam, Indonesia, dan Filipina.
Investasi akan dilakukan melalui The South East Asia Clean Energy Facility (SEACEF). Sementara, penggalangan dana akan dikelola oleh Clime Capital, perusahaan yang berbasis di Singapura.
Clime Capital juga akan didukung oleh sejumlah yayasan iklim internasional terkemuka termasuk Sea Change Foundation International, Wellspring Climate Initiative, High Tide Foundation, Grantham Foundation, Bloomberg Philanthropies, Packard Foundation, dan CIFF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemimpin Tim SEACEF Bill Weil mengatakan penggalangan dana investasi dilakukan karena banyak proyek energi bersih yang sulit berkembang di tiga negara tersebut. Hal ini karena sebagian besar investor swasta tidak mau terlibat dalam investasi dan proyek berisiko.
Apalagi, saat ini dunia tengah dilanda pandemi virus corona atau covid-19, sehingga investor swasta cenderung menarik diri dari investasi di bidang ini. Selain itu, ketidakpastian pun masih tinggi dan membuat investor meragu.
"Atas nama penyandang dana filantropis SEACEF, kami senang dapat mendukung program investasi iklim yang inovatif dan katalitik ini. Langkah ini akan mengisi celah yang ditinggalkan oleh investor keuangan tradisional dan membantu mempercepat pertumbuhan pasar untuk energi bersih di Asia Tenggara," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (30/6).
Untuk pendanaan tahap awal, SEACEF akan menargetkan teknologi dan model bisnis yang telah terbukti secara global seperti energi surya, angin, dan energy storage.
Teknologi ini akan dikombinasikan dengan model bisnis yang dapat mengakselerasi transisi rendah karbon, seperti kendaraan listrik, demand side management technology, efisiensi energi di gedung, dan infrastruktur transmisi energi bersih.
Saat ini, SEACEF mencatat dana investasi yang masuk sebesar US$10 juta. Rencananya, SEACEF mencari penambahan modal menjadi US$40 juta hingga akhirnya tembus US$2,5 miliar sesuai target inisiatif.
Kepala Investasi CIFF Imraan Mohammed melihat inisiatif ini langkah yang cukup baik, karena diluncurkan di tengah pandemi corona. Inisiatif ini juga dianggap sebagai batu loncatan untuk pengembangan energi bersih di ASEAN.
"Investor dan yayasan-yayasan berpengaruh sedang melangkah untuk menjembatani celah yang ada, mengkatalisasi sumber pendanaan lain, dan meyakinkan bahwa akselerasi transisi menuju energi bersih di Asia Tenggara akan terus berlanjut," ungkapnya.
(uli/bir)