Menteri Keuangan Sri Mulyani mencatat total penerimaan perpajakan sepanjang semester I 2020 baru mencapai Rp624,9 triliun atau 44,5 persen dari target. Penerimaan itu mengalami kontraksi atau minus 9,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Penerimaan perpajakan terdiri dari pajak dan bea cukai yang terkumpul masing-masing sebesar Rp531,7 triliun dan Rp93,2 triliun. Dari sisi pertumbuhannya, penerimaan pajak mengalami kontraksi 12 persen.
Sementara penerimaan bea dan cukai masih tumbuh 8,8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perlambatan ekonomi dikombinasikan oleh insentif pajak yang sudah mulai berjalan memberikan dampak terhadap pendapatan pajak yang mengalami penurunan," ujar Sri Mulyani di Badan Anggaran DPR, Kamis (9/7).
Meski demikian, Sri Mulyani menyebut pertumbuhan penerimaan pajak di seluruh sektor usaha utama pada Juni lalu mulai membaik. Industri manufaktur atau pengolahan, misalnya, hanya mengalami kontraksi 38,2 persen atau lebih rendah dibandingkan Mei 2020 yang sebesar 45,2 persen.
Begitu pula penerimaan pajak sektor perdagangan yang hanya turun 21,2 persen atau lebih baik dibandingkan Mei yang terkontraksi hingga 40,7 persen.
Sementara pajak sektor konstruksi dan real estate yang mengalami kontraksi hingga 20,9 persen pada Mei lalu, mulai menunjukkan perbaikan dengan hanya mengalami kontraksi sebesar 12,8 persen pada Juni 2020.
"Meski masih terjadi kontraksi, kinerja sektoral di bulan Juni menunjukkan perubahan yang lebih baik pada sektor-sektor utama," kata Sri Mulyani.
Selain itu, ada pula pajak sektor usaha jasa keuangan dan asuransi yang hanya terkontraksi 11,3 persen pada Juni 2020 atau lebih rendah dari kontraksi Mei yang mencapai 32,4 persen.
Selanjutnya adalah pajak sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar 42,2 persen atau lebih baik berkurang dibandingkan kontraksi pada Mei yang mencapai 62,1 persen.
Terakhir, sebut Sri Mulyani, adalah penerimaan pajak sektor transportasi dan pergudangan yang mampu tumbuh positif 9,3 persen pada Juni 2020, atau berbalik dari posisi Mei yang terkontraksi hingga 23,1 persen.
"Perluasan pembatasan sosial di bulan April dan Mei 2020 menyebabkan tekanan lanjutan pada sektor transportasi sebagai akibat pembatasan perjalanan. Tapi kita lihat kemarin, di bulan Juni sudah bisa tumbuh positif" tandasnya.