Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan krisis ekonomi yang diakibatkan oleh tekanan virus corona kali ini berbeda dengan 1998 silam. Dari sisi dampak, ia menyebut krisis saat ini bisa dibilang lebih besar dampaknya.
Pasalnya, krisis berimbas ke seluruh sektor, dari sisi permintaan, pasokan, dan produksi.
"Ekonomi sekarang ini yang rusak bukan hanya urusan sisi keuangan saja seperti 1998. (Saat ini) permintaannya rusak dan terganggu, pasokan rusak dan terganggu, serta produksinya juga rusak dan tergangggu. Hati-hati ini harus semuanya mengerti dan paham," kata Jokowi saat kunjungan kerja di Kalimantan Tengah, Kamis (9/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Krisis pada 1998 dan 2020 memiliki dampak yang berbeda. Krisis 1998 dampaknya hanya terasa pada ekonomi, tetapi krisis 2020 berdampak pada sektor ekonomi hingga kesehatan masyarakat.
"Oleh sebab itu saya sampaikan di awal krisis ini bahwa pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten, dan kota harus siap dengan urusan kesehatan, harus siap. Kendalikan ini," ujar Jokowi.
Ia mengungkapkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 diprediksi minus hingga 3,8 persen. Hal ini juga sejalan dengan prediksi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) terhadap ekonomi global tahun ini.
OECD, kata Jokowi, memproyeksi ekonomi global minus hingga 6 persen sampai 7,6 persen pada 2020. Kemudian, tahun ini ekonomi Inggris diprediksi minus 15,45 persen, Jerman minus 11,2 persen, dan Jepang minus 8,3 persen.
"Hati-hati, ini harus kendalikan dua hal yang berbeda. Sisi kesehatan sangat penting, sisi ekonom juga yang sangat penting. Dua-duanya tidak bisa dilepas satu dengan yang lain, prioritas kesehatan tapi ekonomi juga harus jalan," pungkas Jokowi.
(aud/agt)