Corona, Garuda Cuma Bisa Terbangkan 40 Pesawat per Hari

CNN Indonesia
Rabu, 15 Jul 2020 17:15 WIB
Photograph taken on October 16, 2010 shows two Garuda aircrafts sporting the old (back) and the new (front) tail logo at Palembang airport in South Sumatra province.  Indonesian flag carrier Garuda is
Jumlah penerbangan Garuda Indonesia terpangkas dari rata-rata 330 penerbangan per hari menjadi 40 penerbangan per hari selama pandemi virus corona.(Romeo Gacad / AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Jumlah penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terpangkas dari rata-rata 330 penerbangan per hari menjadi 40 penerbangan per hari selama pandemi covid-19.

Direktur Layanan, Pengembangan Usaha dan IT Garuda Indonesia Ade R Susardi mengatakan kondisi ini sudah bertambah sekitar 10 persen jika dibandingkan dengan awal pandemi.

"Saat ini sudah naik kira-kira 40 flight sehari. Itu sudah 10 persen naiknya. Pada Mei itu cuma 30 flight per hari, jumlah penumpang kami saat ini sudah mulai naik lagi," ujar Ade dalam webinar yang digelar Habibie Center, Rabu (15/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ade, okupansi penumpang di tiap penerbangan juga menurun drastis. Di masa normal, okupansi penerbangan bisa mencapai 80 persen sementara saat ini hanya 40 persen per hari.

Hal ini membuat perseroan terpaksa grounded 70 persen pesawatnya. Pendapatan perseroan, lanjut Ade, juga turun hingga 90 persen akibat pandemi covid-19.

Salah satu penyebabnya karena kehilangan momentum puncak ramai penumpang (peak season) pada Lebaran sejalan dengan larangan mudik yang pemerintah berlakukan di tengah pandemi corona. 

"Jelas pasti operation cost kami tidak tercover," terang Ade.

Menurut Ade, kondisi tersebut membuat maskapai pelat merah ini mengusulkan dana talangan sebesar Rp8,5 triliun dari pemerintah bisa cair pada tahun ini. Dana talangan ini membantu menopang keuangan perseroan di tengah pandemi covid-19.

Perseroan mengusulkan dana talangan tersebut dalam bentuk Mandatory Convertible Bond (MCB) atau obligasi konversi yang memiliki tenor tiga tahun, atau jatuh tempo pada 2023.

Pertimbangannya, memberikan kesempatan bagi manajemen perusahaan untuk memperbaiki fundamental. Perseroan sendiri telah menyiapkan tiga mekanisme pembayaran jatuh tempo pada 2023.

Pertama, perusahaan akan membayar obligasi konversi tersebut. Kedua, dengan asumsi industri penerbangan sudah membaik, maka perseroan bisa mengambil pinjaman luar negeri untuk membiayai obligasi jatuh tempo tersebut.

Ketiga, obligasi konversi ini diubah menjadi penempatan modal dan memberi kesempatan ke pemegang saham minoritas untuk berpartisipasi.

"Tampaknya akan menjadi mandatory convertible bond jadi bantuan yang dalam tiga tahun harus dikembalikan kalau tidak bisa dikembalikan akan otomatis menjadi penanaman modal pemerintah," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER