Pemerintah memperkirakan realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hanya mencapai Rp160 triliun pada tahun ini. Artinya, penyaluran KUR akan meleset dari target sebesar Rp190 triliun.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan proyeksi itu muncul dari hasil rapat komite KUR belum lama ini. Komite melihat realisasi tidak mampu mencapai target karena mendapat tantangan di tengah pandemi virus corona atau covid-19.
"Perkembangan terakhir menunjukkan ada bank yang mengalami kesulitan di dalam penyaluran KUR, meski di sisi lain ada bank-bank yang justru tidak mengalami hambatan," ungkap Iskandar dalam diskusi KUR secara virtual, Rabu (15/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, pemerintah juga menjalankan kebijakan restrukturisasi kredit di program ini. Hal ini membuat bank harus fokus untuk merestrukturisasi kredit lama sebelum menyalurkan kredit baru.
Sementara realisasi penyaluran baru mencapai Rp65,86 triliun kepada 1,94 juta nasabah sepanjang Januari-Mei 2020. Nilai itu setara 34,66 persen dari target penyaluran tahun ini.
Realisasi penyaluran KUR tersebar ke sektor perdagangan sekitar 42 persen, pertanian, perburuan, dan kehutanan 30 persen, jasa-jasa 15 persen, industri pengolahan 11 persen, perikanan 2 persen, dan konstruksi 0,1 persen. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) sebesar 1,18 persen.
Sementara secara keseluruhan, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp538,82 triliun pada Agustus 2015 sampai Mei 2020. Penyaluran KUR diberikan ke 20,55 juta nasabah.
Kendati begitu, Iskandar mengatakan pemerintah akan berusaha agar penyaluran KUR tetap optimal tahun ini. Caranya, dengan fokus menggenjot penyaluran KUR secara kluster.
"Ini akan mempercepat dan juga meningkatkan efisiensi bagi bank dengan memberikan KUR antar kelompok, mereka bisa saling mengawasi anggotanya juga. Jadi tidak perlu satu per satu nasabah," katanya.
Selain itu, ia mengatakan KUR kluster memberi manfaat bagi nasabah untuk berbagi ilmu dan pengalaman dalam mengelola usaha masing-masing. Begitu juga dalam menggunakan kredit yang didapat untuk mengembangkan usaha.
"KUR ini disalurkan kepada kluster dengan skema KUR khusus dengan bisnis model one village one product dan one pesantren one product. Saat ini ada 729 potensi penyaluran KUR khusus kluster," terangnya.
Rinciannya, terdiri dari 721 potensi penyaluran KUR berbasis kluster one village one product dan delapan potensi penyaluran kluster one pesantren one product. Dari potensi itu, sekitar 284 kluster berada di sektor pertanian, 178 kluster industri pengolahan, dan 85 kluster di peternakan.
Lalu, 60 kluster di perdagangan, 53 kluster di perikanan, 15 kluster di penyediaan makanan dan minuman, tiga kluster di pengangkutan dan pergudangan, 16 kluster di jasa lainnya, dan sisanya 27 kluster belum terinformasikan.
Sementara untuk kluster one pesantren one product terdiri dari empat kluster di industri pertanian, tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura, dua kluster di peternakan, dan dua kluster di perikanan.
"Ini juga akan diintegrasikan dengan pembiayaan UMKM lain, seperti Ultra Mikro (UMi) dan Dana Bergulir," ucapnya.
Di sisi lain, meski realisasi penyaluran KUR diperkirakan meleset pada tahun ini. Namun, pemerintah tetap menggunakan rencana target penyaluran yang sudah dipetakan untuk jangka menengah.
Targetnya, penyaluran KUR mencapai Rp220 triliun pada 2021. Lalu, meningkat jadi Rp250 triliun pada 2022, Rp285 triliun pada 2023, dan Rp325 triliun pada 2024.
"Target keberhasilan KUR tetap dinilai dari indikator jumlah plafon KUR yang disalurkan, tingkat NPL, dan jumlah debitur yang menerima KUR," pungkasnya.