Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi hulu migas baru sebesar US$4,74 miliar. Realisasi itu masih terpaut jauh dari target yang diharapkan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan target investasi hulu migas sebesar US$13,8 miliar. Ini artinya, realisasi investasi semester I 2020 baru menyentuh 34 persen dari yang diharapkan.
"Untuk aspek investasi target US$13,8 miliar, realisasi US$4,74 miliar atau 34 persen," ungkap Dwi dalam video conference, Jumat (17/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Efek Corona, Cathay Pacific Rugi US$1,3 M |
Sementara, Dwi menyatakan pendapatan negara dari penjualan migas semester I 2020 sebesar US$11,89 miliar. Angka itu terdiri dari cost recovery sebesar US$4,05 miliar, bagian pemerintah US$5,3 miliar, dan bagian kontraktor US$2,54 miliar.
"Kalau harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) di area US$38 per barel maka outlook pendapatan gross sebesar US$19,91 miliar," tutur Dwi.
Lebih lanjut Dwi menyatakan pihaknya menurunkan prognosis investasi hulu migas tahun ini sebesar 16 persen. Artinya, target investasi yang semula ditargetkan sebesar US$13,82 miliar turun menjadi US$11,6 miliar.
Lihat juga:Besaran Pajak Pencairan JHT di BP Jamsostek |
"Investasi ini terkait dengan harga minyak. Kalau harga minyak turun maka ada beberapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang menunda, mengkaji kembali investasinya," terang Dwi.
Ia bilang mayoritas investor menghitung lagi dampak keekonomiannya dalam berinvestasi di sektor hulu migas. Makanya, realisasi investasi belum terealisasi cepat.
"Namanya saja investor, jadi dia selalu melihat keekonomian. Lalu stabilitas aturan-aturan. Iklim investasinya," pungkas Dwi.