Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan hampir seluruh negara dengan penduduk mayoritas Islam ber-utang demi menjaga stabilitas perekonomian. Beberapa negara yang dimaksud, antara lain Arab Saudi, Qatar dan Afghanistan. Tak terkecuali RI.
"Kalau teman-teman yang suka pakai (contoh) negara Islam, semua negara Islam di dunia berutang. Mau (Arab) Saudi, UAE, Qatar, Maroko, Pakistan, Afghanistan, Kazakhstan," ungkap Sri Mulyani dalam keterangan resmi, dikutip Senin (20/7).
Bukan hanya utang, Sri Mulyani menyebut negara Islam juga seringkali mendapatkan hibah dari berbagai negara dan Bank Dunia sebagai sumber penerimaan. Salah satu contoh adalah negara Islam yang ada di kawasan Afrika dan masuk kategori miskin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan saya tahu waktu itu Bank Dunia, negara Islam terutama yang di Afrika mayoritas miskin sekali dan mereka dapat utang, bahkan diberikan hibah," ujar Sri Mulyani.
Oleh karena itu, ia meminta agar publik tidak memandang utang sebagai hal yang mengkhawatirkan. Pasalnya, utang sebenarnya dibutuhkan sebagai salah satu sumber penerimaan negara, khususnya untuk mencukupi kebutuhan belanja agar kegiatan ekonomi bergerak.
Sebagai contoh, utang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan 20 persen anggaran sektor pendidikan, sektor kesehatan, dan menekan angka kemiskinan. Utang juga dibutuhkan untuk membangun proyek infrastruktur, kegiatan riset, sampai pengadaan alutista untuk keamanan dan pertahanan negara.
Lagi pula, kebutuhan belanja negara juga semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian, negara terpaksa berutang untuk mencukupi belanja tersebut.
Lihat juga:G20 Akan Kurangi Utang Negara Miskin |
"(Kalau memilih) Lebih baik tidak berutang? Itu juga kebijakan. Tapi kami menunda (pembangunan) infrastruktur, kesehatan, pendidikan. Jadi, kita negara jumlah masyarakatnya banyak, 267 juta, tapi anak-anak kurang gizi, miskin," kata Sri Mulyani.
Ia menekankan utang bukanlah sumber dana praktis yang dipilih pemerintah. Hal yang terpenting adalah utang bisa dikelola dengan baik.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia sebesar US$404,7 miliar atau Rp5.922 triliun (kurs Rp14.633 per dolar AS) pada Mei 2020. Jumlah itu meningkat 4,8 persen dari US$400,2 miliar pda April 2020.