BP atau British Petroleum mencatatkan rugi sebesar US$16,85 miliar atau setara Rp247,2 triliun (asumsi kurs Rp14.672 per dolar AS) pada kuartal II 2020. Perusahaan minyak asal Inggris tersebut merugi karena harga minyak yang anjlok selama pandemi virus corona.
Dikutip dari AFP, BP mengungkap pandemi covid-19 membuat permintaan minyak anjlok dan mempengaruhi harga. Sehingga perdagangan minyak saat ini dinilai fluktuatif dan menantang.
"Ke depan, prospek harga komoditas dan permintaan produk tetap menantang dan tidak pasti," papar BP, Selasa (4/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada periode yang sama tahun lalu, BP membukukan laba bersih sebesar US$1,82 miliar. Looney mengungkap BP akan memotong sekitar 10.000 pekerjaan, atau 15 persen dari tenaga kerja global karena dampak pandemi corona.
Belum lama ini, BP mengumumkan menjual bisnis petrokimia mereka ke kompetitor swasta mereka yakni Ineos senilai US$5 miliar. Penjualan ini dilakukan untuk mendapatkan dana segar.
Selain laporan keuangan yang merugi, BP pun mulai menetapkan rincian tentang bagaimana perusahaan bisa mencapai emisi nol persen untuk perusahaan pada 2050.
BP menargetkan akan beralih dari perusahaan minyak internasional ke perusahaan energi terintegrasi. BP mengatakan bahwa tahun mendatang, produksi minyak dan gas perusahaan diperkirakan akan berkurang setidaknya satu juta barel minyak per hari, atau 40 persen bila dibandingkan dengan 2019 .
"Tahun mendatang sangat penting bagi dunia dalam perang melawan perubahan iklim, dan untuk mendorong perubahan yang diperlukan dalam sistem energi global akan membutuhkan tindakan dari semua orang," kata Looney.