PT PLN (Persero) mengaku kehilangan pendapatan hingga Rp3 triliun dalam satu bulan akibat covid-19. Penurunan pendapatan itu terjadi karena pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada sejumlah daerah sehingga aktivitas ekonomi dan bisnis turun.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengungkapkan pada puncak pembatasan sosial akibat covid-19 tersebut, perusahaan mengantongi pendapatan Rp22 triliun dalam sebulan. Namun, ia tidak merinci tepatnya kondisi puncak yang dimaksud tersebut.
"Tahun lalu penerimaan revenue (pendapatan) listrik per bulan sekitar Rp25 triliun. Dengan covid-19 ini, penerimaan listrik kami pada puncak covid-19 kemarin, hanya Rp22 triliun. Jadi terjadi penurunan penerimaan listrik per bulan Rp3 triliun akibat covid-19 ini," ujarnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Selasa (25/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan penurunan penjualan listrik terjadi karena penurunan permintaan. Saat puncak pembatasan sosial akibat covid-19, ia menyatakan konsumsi listrik turun hingga 10 persen.
Namun, ia menyatakan permintaan listrik saat ini sudah mulai meningkat. Kenaikan ini sejalan dengan keputusan pemerintah untuk kembali membuka aktivitas ekonomi secara perlahan, sehingga sejumlah kantor, pusat perbelanjaan, hingga fasilitas publik mulai dibuka kembali.
"Kondisi demand (permintaan) listrik saat ini sudah mulai meningkat. Di puncak covid-19 kami alami penurunan (permintaan) lebih dari 10 persen dari demand puncak 2019," tuturnya.
Untuk diketahui, pemerintah memberikan sejumlah insentif untuk konsumsi listrik masyarakat selama pandemi. Meliputi, keringanan tarif listrik kepada pelanggan PLN dengan daya 450 VA dan 900VA bersubsidi hingga Desember 2020.
Lewat program ini, PLN memberikan biaya listrik gratis kepada pelanggan listrik kategori daya 450VA dan diskon 50 persen kepada pelanggan kategori daya 900VA bersubsidi yang sudah terdata dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Kementerian Sosial.
Bagi pelanggan pascabayar, bantuan ini akan langsung masuk dalam tagihan masing-masing pelanggan, sementara untuk pelanggan pra-bayar atau yang menggunakan sistem token, besaran bantuan diperhitungkan berdasarkan rata-rata jumlah pemakaian pelanggan tertinggi antara bulan Januari hingga Maret 2020.
Tak hanya itu, perseroan juga menghapus biaya minimum bulanan yang perlu dibayarkan oleh pelanggan sosial, bisnis, dan industri dengan daya dimulai dari 1.300 VA ke atas.