Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.585 per dolar AS pada Rabu (26/8) pagi. Posisi ini menguat 64 poin atau 0,44 persen dari Rp14.649 pada Selasa (25/8).
Rupiah menguat bersama baht Thailand 0,23 persen, yuan China 0,16 persen, ringgit Malaysia 0,02 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen. Sisanya, melemah dari dolar AS, seperti yen Jepang minus 0,09 persen, won Korea Selatan minus 0,06 persen, dan peso Filipina minus 0,04 persen.
Sementara beberapa mata uang utama negara maju yang berada di zona hijau, yaitu dolar Australia 0,14 persen dan dolar Kanada 0,05 persen. Sedangkan euro Eropa stagnan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sisanya berada di zona merah, seperti rubel Rusia yang melemah 0,15 persen, franc Swiss minus 0,07 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,04 persen.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.575 sampai Rp14.750 per dolar AS dengan kecenderungan melemah pada hari ini. Pelemahan rupiah terjadi karena pasar Asia merespons sentimen kelanjutan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China yang masih memanas.
"Reaksi pasar terlihat negatif di awal pembukaan pasar Asia pagi ini. Rupiah berpotensi melemah mengikuti sentimen tersebut," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Rabu (26/8).
Kendati begitu, ia melihat peluang pelemahan rupiah mungkin tidak dalam karena dolar AS memiliki sentimen lain yang bisa melemahkan nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam itu. Sentimen itu datang dari survei tingkat keyakinan konsumen AS periode Agustus yang masih di bawah rendah.
Selain itu, pasar juga menanti pidato pimpinan bank sentral AS, The Federal Reserve. Hal ini akan memberi sinyal pada kebijakan The Fed mendatang.
"Mungkin akan dovish atau pesimis mengenai kondisi ekonomi di AS," pungkasnya.