PT Pos Indonesia (Persero) dinilai menghadapi tantangan yang lebih berat pada hari ini. Sempat menjadi pemain besar di bisnis pengiriman barang, kini perseroan itu harus bersaing dengan berbagai jasa kurir swasta.
Pos Indonesia sendiri memiliki kekuatan tersendiri menghadapi persaingan: 58.700 titik layanan dan ada di seluruh kota/kabupaten seluruh Indonesia.
Namun, kinerjanya kian menurun dengan mencatatkan laba Rp127 miliar pada 2018 atau turun 64 persen dibandingkan dengan 2017, yakni Rp355 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di era digital, Pos Indonesia pun berbenah.
Salah satunya adalah mengembangkan layanan digital di bidang layanan keuangan Pos Giro Mobile. Selain itu, ada pula Q-comm yang diperuntukkan bagi pengusaha UMKM guna pengiriman jarak jauh.
"Selain dapat menjadi jembatan dalam mendistribusikan produk mereka serta ikut menumbuhkan perekonomian negara, Pos Indonesia juga diharapkan dapat menjadi tulang punggung bagi pelaku pengusaha bisnis online Indonesia," kata Direktur Komersial Pos Indonesia Charles Sitorus.
Walaupun demikian, persaingan di bisnis logistik kian cepat. Pos Indonesia harus bersaing dengan kurir swasta yang melambung namanya karena menggandeng e-commerce. Selain persoalan internal, nampaknya para Pak Pos pun harus berebut kue bisnis logistik yang makin ketat-tapi membawa nikmat.
Masa depan PT Pos Indonesia bersaing di industri logistik ini akan menjadi topik bahasan diskusi online Secret At Newsroom (SETROOM) Episode 8: Jejak Pak Pos di Era Digital yang ditayangkan di CNNIndonesia.com. SETROOM akan menghadirkan narasumber:
1. Charles Sitorus | Direktur Komersial PT Pos Indonesia
2. Donny Wardhana | Praktisi Bisnis Logistik
3. Wahyudi Adiprasetyo | Dosen Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia