Otoritas bursa Selandia Baru (NZX) menyatakan penjahat dunia maya telah mengganggu perdagangan di pasar keuangan mereka selama tiga hari belakangan kemarin.
Akibat gangguan tersebut mereka memutuskan untuk menghentikan perdagangan pada Selasa (25/8) pukul 4 sore. Mereka menyatakan gangguan tersebut berbentuk penolakan layanan (DDos). Serangan berasal dari luar negeri.
Serangan semakin menjadi pada Rabu (26/8) dan Kamis (27/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (27/8) kemarin mereka menyatakan tengah bekerja dengan para ahli keamanan siber untuk mengatasi gangguan itu supaya aktivitas perdagangan bisa dilanjutkan secara normal pada Jumat (28/9) ini.
Mereka juga tengah menyelidiki serangan tersebut. Hasil penyelidikan sementara menunjukkan serangan bertujuan mengganggu layanan dengan membanjiri jaringan dengan lalu lintas internet bervolume besar.
Namun mereka belum tahu apa yang menjadi motif serangan di pasar saham Selandia Baru itu. NZX menolak berkomentar apakah para penyerang meminta uang tebusan atau tidak.
"Kami tidak berkomentar secara terbuka tentang pengaturan keamanan dunia maya khusus kami atau bagaimana kami menanggapi ancaman tertentu. NZX terus bekerja dengan penyedia jaringannya untuk menyelidiki sumber masalah ini," kata mereka seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (28/8).
Serangan DDoS bukan kali ini saja terjadi. Pada 2016 lalu serangan serupa pernah terjadi.
Serangan menyebabkan gangguan beberapa pengguna di layanan seperti Twitter (TWTR) dan Netflix (NFLX). Perusahaan keamanan siber Nexusguard menyatakan serangan DDos belakangan ini memang meningkat.
Pada kuartal I tahun ini, peningkatan serangan bahkan mencapai 542 persen dibandingkan dengan kuartal III 2019. Kepala petugas teknologi di NordVPN Teams, yang berbasis cloud menyatakan peningkatan terjadi karena semakin banyak orang yang menawarkan layanan sewaan DDoS yang memanfaatkan skala dan bandwidth awan publik.
Seorang insinyur penelitian di perusahaan keamanan cyber, Tenable, Satnam Narang menyatakan serangan yang menimpa NZX terjadi karena organisasi keuangan lebih bergantung pada perangkat yang terhubung dengan layanan yang ia sebut Internet of Things.
"Penjahat dunia maya dapat menargetkan perangkat yang rentan untuk meluncurkan serangan DDoS yang lebih kuat," katanya.