Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan telah mendapatkan anggaran untuk melakukan pemetaan potensi investasi daerah di 17 provinsi Indonesia. Hal ini demi meningkatkan investasi di daerah.
"Kami dapat anggaran untuk 17 provinsi. Jadi 17 provinsi lainnya kami lakukan pada 2021. Ini saya perjuangkan karena perintah Komisi VI DPR," ungkap Bahlil dalam video conference, Kamis (27/8).
Bahlil menjelaskan investor nantinya bisa melihat kajian pra uji kelayakan (pra feasibility study) per proyek. Dengan demikian, pemerintah bisa mempromosikan proyek-proyek yang bisa dikembangkan di daerah kepada investor dengan data yang rinci.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi saat kami promosi investasi, kami tidak lagi mengarang bebas," ucap Bahlil.
Ia mencontohkan pemerintah bisa mempromosikan proyek tambang di Sulawesi Utara dengan spesifik, dari jenis tambang, berapa cadangannya, berapa luas lahan, berapa potensi keuntungan, dan modalnya. Dengan cara seperti itu, BKPM dapat menjamin poin-poin yang dipromosikan tak berbeda dengan situasi di lapangan.
"Dengan bungkusan rapi tapi apakah betul bungkusan sama dengan kondisi di lapangan. Nanti output nya seperti itu," jelas Bahlil.
Sebagai informasi, BKPM mencatat realisasi investasi yang masuk ke Indonesia pada semester I 2020 sebesar Rp402,6 triliun. Realisasi itu baru 49,3 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp817,2 triliun.
Jika dirinci, investasi itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp207 triliun atau 51.4 persen dari target dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp195,6 triliun atau 48,6 persen dari target. Realisasi PMDN naik 13,2 persen, sedangkan PMA turun 8,1 persen.
Berdasarkan sektor, data secara keseluruhan semester I 2020 terlihat aliran investasi terbesar mengalir ke transportasi, gudang, dan telekomunikasi mencapai Rp76,3 triliun atau 19 persen dari total investasi. Kemudian, investasi mengalir ke sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp48,5 triliun atau 12 persen dari total investasi.
Lalu, ke industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya Rp45,2 triliun atau 11,2 persen dari total investasi. Disusul dengan sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran Rp33 triliun atau 8,2 persen, serta industri makanan sebesar Rp29,6 triliun atau 7,4 persen dari realisasi investasi.
(aud/age)