Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.740 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (7/9) sore. Posisi tersebut menguat 0,07 persen dibandingkan perdagangan Jumat pekan lalu (4/9) di level Rp14.750 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.754 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi kemarin yakni Rp15.792 per dolar AS.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,05 persen, dolar Taiwan menguat 0,13 persen, won Korea Selatan menguat 0,13 persen, yuan China menguat 0,17 persen, dan baht Thailand menguat 0,05 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, Dolar Singapura melemah 0,08 persen, peso Filipina melemah 0,10 persen, rupee India menguat 0,27 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,20 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,61 dan dolar Kanada menguat 0,36 persen. Sementara franc Swiss menguat 0,02 persen dan dolar Australia masih tak bergerak alias stagnan.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rilis data pekerjaan AS menunjukkan pertumbuhan lapangan pekerjaan melambat lebih dalam pada Agustus.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS juga menunjukkan angka kehilangan pekerjaan permanen meningkat karena pendanaan pemerintah mulai habis.
Hal ini meningkatkan keraguan pada keberlanjutan pemulihan ekonomi. Namun, tingkat pengangguran turun menjadi 8,4 persen dari 10,2 persen di Juli. Padahal prediksi dari sejumlah ekonom hanyalah di kisaran 9,8 persen.
"Di bulan Juli, terjadi peningkatan 1,73 juta pekerja manufaktur dan konstruksi (nonfarm payroll). Sementara, di bulan Agustus meningkat sebanyak 1,37 juta pekerja," ucapnya kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu, kondisi dalam negeri yang turut mempengaruhi penguatan rupiah adalah mulai fokusnya pemerintah dalam penanganan di bidang kesehatan.
Pemerintah, menurutnya, sudah mengetahui bahwa kemungkinan PDB kuartal III 2020 akan kontraksi sehingga sangat mungkin Indonesia mengikuti jejak 47 negara lainnya yang sudah lebih awal terkena dampak resesi.
Namun, pemerintah juga sudah melakukan segala cara untuk menghidupkan kembali perekonomian dengan berbagai macam strategi.
"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," kata Ibrahim mengutip laporan Bank Dunia.
Dengan informasi tersebut pelaku pasar merasa lega dan ada kepastian dari Pemerintah sehingga arus modal asing kembali masuk ke dalam pasar dalam negeri walaupun aliran dananya tidak terlalu deras namun kerja keras Pemerintah masih bisa di jadikan katalis positif untuk pasar.
"Dalam penutupan perdagangan sore ini rupiah ditutup menguat 10 point di level Rp14.740 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.750. Sementara dalam perdagangan besok kemungkinan mata uang garuda masih akan kembali menguat di level sempit antara 10-25 point di level Rp14.710-14.800 per dolar AS," tandas Ibrahim.