REKOMENDASI SAHAM

Peluang Cuan dari Saham di Tengah Jeratan PSBB Total

Wella Andany | CNN Indonesia
Senin, 14 Sep 2020 08:44 WIB
Analis saham menilai sentimen PSBB total masih mendominasi pasar saham, tren negatif masih akan berlangsung pada perdagangan pekan ini.
Analis saham menilai sentimen PSBB total masih mendominasi pasar saham, tren negatif masih akan berlangsung pada perdagangan pekan ini. Ilustrasi. (ANTARAFOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total hari ini, Senin (14/9) demi menekan laju penyebaran covid-19. Hal ini diperkirakan berdampak pada bursa saham.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai sepanjang PSBB total berlangsung, indeks saham masih akan sulit tumbuh. Bahkan, ia memproyeksi koreksi masih berlanjut, meski tidak seburuk pada posisi Maret lalu.

Sentimen PSBB total masih akan mendominasi. Sehingga, tren negatif masih akan berlangsung pada perdagangan pekan ini. "(Karena) korporasi akan menderita banyak kerugian akibat PSBB," terang dia kepada CNNIndonesia.com, Senin (14/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi, lanjut Hans, Gubernur DKI Anies Baswedan mengindikasikan PSBB akan diperpanjang jika pelambatan kasus di ibu kota tak terjadi. Bercermin dari PSBB sebelumnya, Hans meyakini pembatasan akan berlangsung selama 1 bulan hingga 2 bulan. 

Jika ini terjadi, maka investor mesti bersiap dengan efek domino PSBB terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi RI. Tak hanya menekan pertumbuhan kuartal III, ia memproyeksikan efek PSBB juga akan menekan kuartal IV. 

Bisa jadi, pertumbuhan positif tak terjadi pada kuartal IV. Pasalnya, DKI merupakan pusat roda ekonomi nasional. Jakarta menyumbang sekitar 17 persen dari total perekonomian RI.

Oleh karena itu, ia menyarankan investor untuk tak masuk ke gelanggang pasar dalam waktu dekat jika tak mau modalnya 'nyangkut' di harga tanggung. Pasalnya, Hans menilai indeks masih berpotensi turun ke level 4.500-4.700.

"Saya rasa 4.500 - 4.700 adalah area yang lebih tepat untuk melakukan pembelian. Bukan di 5.000-an seperti sekarang," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menangkap kalau investor asing 'takut' dengan pasar modal Indonesia. Terbukti, selama perdagangan pekan lalu, dana sebesar Rp4,63 triliun angkat kaki dari RI. Arus modal keluar asing diprediksinya masih akan deras terjadi sepanjang PSBB berlangsung.

Oleh karena besarnya ketergantungan IHSG terhadap dana asing, Hans berkesimpulan dalam jangka pendek indeks masih akan terpuruk. Selama pemerintah belum bisa mengendalikan wabah penyakit covid-19, menurut dia, sentimen luar terhadap RI masih akan buruk. 

Pun begitu, jika investor dalam negeri tak panik, Hans yakin indeks tak bakal terjun bebas.

"Saya menangkap sentimennya asing takut dengan Indonesia, dilihat mereka keluar dari pasar saham. Mereka menangkap informasi kalau Indonesia cukup berisiko, ini juga dikonfirmasi dengan pelemahan rupiah. Dengan begitu tentu kita harus hati-hati," imbuhnya.

Sementara, untuk investor yang sudah kepalang 'nyangkut' karena belanja di harga yang tanggung, Hans menyarankan untuk jual demi meminimalisir kerugian. Nantinya, ketika indeks telah mentok menyentuh level terendah, akumulasi beli dapat kembali dilakukan. 

Dia paham di keadaan seperti apa pun, investor dan trader masih akan mencari peluang cuan. Karenanya,ia merekomendasikan, saham-saham berkapitalisasi besar yang tergabung dalam indeks LQ45. Terutama, untuk sektor telekomunikasi dan perbankan buku empat.

Untuk sektor telekomunikasi, ia memprediksi akan untung karena naiknya penggunaan data masyarakat selama PSBB total. Ia merekomendasikan saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM. 

Meski emiten sempat menguat dan ditutup di level 2.810 pada pekan lalu, namun Hans tak menyarankan beli saat ini, melainkan tunggu hingga saham turun ke rentang 2.600-2.750.

Sedangkan, untuk saham perbankan buku empat, ia menyarankan untuk membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Kemudian, jangan gegabah membeli karena tampaknya saham kelas kakap ini masih akan turun harga ke level Rp24 ribu hingga Rp23 ribu per sahamnya.

Untuk saham perbankan BUMN, dia menyarankan untuk melirik PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI. "BMRI lebih cocok masuk di harga Rp4.200-an, BBNI di Rp3.500an," lanjutnya.

Sementara, Pengamat Pasar Modal sekaligus Analis Riska Afriani menilai karena PSBB tak seketat yang ditakutkan oleh pelaku pasar, ia melihat IHSG masih memiliki potensi untuk menguat.

Diketahui, pada PSBB kali ini pusat perbelanjaan (mal) masih diperbolehkan buka, perkantoran pun masih diizinkan buka dengan kapasitas maksimal 25 persen.

[Gambas:Video CNN]

Jika melihat tren pelemahan indeks pada pekan lalu, tren berbeda dengan pada Maret lalu. Kala itu, pelemahan begitu konsisten dan panjang, sementara pada Jumat lalu indeks berhasil menguat, bangkit dari pelemahan maksimal minus 5,01 persen pada Kamis (10/9).

"Yang sekarang ini kelihatannya mampu bertahan, penguatan memberi sinyal pasar sudah cukup positif," terang dia.

Namun, Riska sepakat dengan Hans kalau investor harus bersikap hati-hati dan tak sekaligus membelanjakan modalnya karena potensi pergerakan fluktuatif masih besar.

Ia meminta investor untuk turut memperhatikan volume perdagangan saham yang dibidik. Di tengah musim tunggu (wait and see), penting untuk mengecek jika saham yang hendak dibeli memiliki lalu lintas perdagangan yang cukup agar investasi tak mandek. 

Riska menyarankan mereka yang bertujuan melakukan investasi jangka panjang untuk mulai menyicil saham-saham berkualitas tinggi. Lagi, ia tak menyarankan untuk berpatokan pada sektor tertentu, melainkan fundamental perusahaan.

Untuk pekan ini, ia menyebut saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SGMR dapat dipantau. Akumulasi dapat dilakukan di rentang 9.400 - 9.650 dengan harga target di 10.500.

Selain itu, ia juga merekomendasikan saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) di level 4.550-4.650 dan ambil cuan di harga 5.150.

(bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER