Nasib Ekonomi DKI Jakarta 'di Tangan PSBB'

CNN Indonesia
Senin, 14 Sep 2020 13:06 WIB
Ekonom memperkirakan ekonomi DKI kembali minus pada kuartal ketiga karena mobilitas masyarkat berkurang akibat kebijakan PSBB.
Ekonom memperkirakan ekonomi DKI kembali minus pada kuartal ketiga karena mobilitas masyarkat berkurang akibat kebijakan PSBB. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total. Kebijakan ini diambil seiring dengan meningkatnya kasus penyebaran penyakit covid-19. Namun, diperkirakan ekonomi DKI yang merupakan pusat roda bisnis Indonesia bakal terdampak.

Berkaca pada implementasi PSBB pertama pada 10 April lalu, pertumbuhan ekonomi ibu kota pada kuartal II 2020, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), minus 8,22 persen (yoy).

Angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 itu tercatat merupakan yang terendah selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Kondisi ini juga jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya, di mana DKI Jakarta masih mencatat pertumbuhan 5,06 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika ditengok menurut lapangan usaha, dari 17 sektor tercatat hanya empat sektor yang mampu tumbuh positif. Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat pada kuartal I 2020, sebanyak 15 sektor mampu tumbuh positif.

BPS mencatat, empat sektor yang mampu tumbuh positif meliputi sektor informasi dan komunikasi naik 12,71 persen, kesehatan dan kegiatan sosial 9,65 persen, jasa pendidikan 0,89 persen, dan jasa keuangan dan asuransi  0,80 persen.

Sementara itu, 13 sektor usaha lainnya mengalami kontraksi. Sektor penyedia akomodasi, makanan, dan minuman mengalami kontraksi paling dalam minus 34,81 persen. Pemicunya, antara lain tingkat penghunian kamar (TPK) turun hingga minus 54,23 persen (yoy).

Lalu, sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor yang turun paling dalam kedua, yakni minus 23,45 persen. Penurunan pada sektor ini dipicu berkurangnya jumlah penumpang pada semua armada angkutan, sebut saja penumpang KRL turun 77 persen, MRT turun 92 persen, dan Trans Jakarta minus 86,78 persen.

Padahal, sektor transportasi dan pergudangan masih bisa tumbuh 7,78 persen pada kuartal I 2020.

Kemudian, industri pengolahan minus 20,51 persen. Kontraksi ini makin tajam dibandingkan kuartal I 2020 yaitu minus 1,47 persen.

Kontraksi sektor industri pengolahan DKI Jakarta ini ditandai, antara lain penurunan produksi kendaraan versi Gaikindo sebesar minus 85 persen. Di sisi lain, impor bahan baku dan penolong juga berkurang hingga minus 77,46 persen.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira memprediksi pemberlakuan PSBB kembali menekan pertumbuhan ekonomi ibu kota. Meskipun, PSBB hanya berlaku pada dua minggu di sisa kuartal III 2020.

"Ketika sekarang dilakukan PSBB tentunya akhir September akan kontraksi lebih dalam, mungkin masih di kisaran minus 7 persen-9 persen," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya, kontraksi dipicu karena pemulihan ekonomi pada dua setengah bulan di kuartal III ini belum maksimal. Ia menilai masyarakat, utamanya kelas menengah ke atas masih cenderung menahan konsumsinya.

"Kalau melihat beberapa data pada kuartal III, mobilitas masyarakat masih kurang, khususnya di pusat perbelanjaan dan rekreasi di Jakarta masih minus berdasarkan data dari Google Mobility," ucapnya.

Sementara itu, Ekonom Core Yusuf Rendy Manilet memperkirakan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga masih akan minus pada kuartal III 2020 mendatang. Namun, angkanya membaik dibandingkan kontraksi pada kuartal II 2020.

"Prediksi saya ekonomi DKI Jakarta akan berada di level minus 3 sampai 5 persen," jelasnya.

Alasannya, ia menilai PSBB kali ini tidak seketat PSBB pertama, sehingga sejumlah aktivitas ekonomi masyarakat masih bisa berjalan. Misalnya, ojek online sejauh ini masih diperbolehkan membawa penumpang.

Lalu, warung-warung kecil kaki lima juga masih diperbolehkan untuk berdagang, meskipun harus take away.

Di sisi lain, ia menilai berbagai bantuan sudah dikeluarkan pemerintah pusat dan juga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mengantisipasi PSBB kedua ini.

Dari pusat misalnya, bantuan produktif untuk usaha mikro. Sementara, pemerintah daerah memberikan bantuan sembako per bulan sampai Desember nanti.

Hanya saja, kata dia, kegiatan perkantoran tidak akan seramai biasanya akibat PSBB, sehingga ada potensi berkurangnya pendapatan para pekerja di sektor informal yang penghasilannya bergantung dari aktivitas perkantoran. Menurutnya, kondisi ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal III nantinya.

"Sektor penyedia jasa makanan dan minuman, seperti hotel dan restoran akan terdampak paling dalam. Di samping itu, sektor perdagangan besar dan eceran juga akan terdampak, meskipun mal tetap buka. Tetapi, aktivitasnya dibatasi pada pedagang yang menjual produk-produk esensial," ucapnya. 

Sebelumnya, Gubernur DKI Anies Baswedan menyatakan PSBB Total perlu dilakukan lagi oleh Pemprov DKI Jakarta sebagai rem darurat dalam menangani pandemi virus corona atau covid-19 yang kembali meningkat. Tercatat, peningkatan dalam 12 hari terakhir di September mencapai 3.864 kasus.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER