Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid kedua mulai hari ini, Senin (14/9). Sebagian besar pekerja pun mau tidak mau harus kembali kerja dari rumah (work from home/WFH).
Bagi sebagian orang, kerja dari rumah membuat pengeluaran lebih irit karena tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi ke tempat kerja, khususnya yang berdomisili jauh dari kantor. Namun, tak sedikit orang yang justru merasa PSBB bakal menguras kantong.
Sebab, kebutuhan listrik dan makan siang yang sebelumnya bisa dipenuhi kantor, kini harus ditanggung sendiri karena kerja di rumah. Alhasil, berhemat pun harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan berhemat mau tidak mau memang harus dilakukan karena PSBB jilid kedua menandakan kondisi perekonomian yang semakin tidak pasti.
Untuk itu, pengelola keuangan perlu diperketat lagi, khususnya terkait pengaturan dana darurat, tabungan, dan investasi sebagai tambahan amunisi untuk berjaga-jaga. Nah, bagaimana cara berhemat di tengah PSBB jilid kedua kali ini?
"Soalnya kan kemarin sudah PSBB, terus sempat transisi, longgar, pengeluaran mungkin melonggar lagi, sekarang PSBB lagi, berarti harus berhemat lagi, jaga-jaga lagi," ungkap Teja kepada CNNIndonesia.com.
Lihat juga:4 Cara Agar Rekening Bank Tak Dibobol Maling |
Menurut Teja ada beberapa langkah yang perlu dilakukan.
Teja bilang cara ini seharusnya sudah bisa dilakukan masyarakat lebih mahir karena telah memiliki pengalaman berhemat di PSBB jilid pertama.
Bahkan, beberapa pengeluaran tampak sudah tidak sebesar saat PSBB jilid pertama misalnya untuk beli masker dan perlengkapan kesehatan. Sebab, harganya relatif sudah mulai turun karena supply meningkat.
Sisanya, alihkan anggaran yang tidak terpakai misal transportasi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang bertambah atau dioper ke pos lain.
Lihat juga:5 Tip Beli Rumah di Tengah Pandemi Corona |
"Kuncinya, kebutuhan harian dan kesehatan tetap nomor satu, sisanya yang tidak begitu penting, seperti beli baju dan lainnya ditahan dulu. Begitu juga dengan budget wisata yang mungkin kemarin sudah sempat keluar karena PSBB transisi, sekarang irit lagi," katanya.
Pos pengeluaran transportasi yang tidak terpakai, bila sudah dialihkan untuk pemenuhan kebutuhan harian, bisa disalurkan ke dana darurat dan tabungan. Teja selalu mengingatkan pentingnya kedua pos ini karena akan menjadi bantalan pertama ketika ada kebutuhan mendadak yang tidak bisa dipenuhi dari pengeluaran harian.
Suka tidak suka, cara paling aman untuk memastikan kebutuhan terpenuhi adalah dengan menambah aliran pemasukan. Hal ini bisa dilakukan dengan berinvestasi.
Khusus investasi, Teja lebih menyarankan agar masyarakat menyimpan dananya di instrumen reksa dana dan emas online. Pertimbangannya, karena kedua instrumen ini paling likuid.
Lihat juga:4 Kiat Nikah Hemat di Tengah Pandemi Corona |
"Atau kalau emas perhiasan juga bisa, tinggal ke toko perhiasan itu mudah dijual, tapi harus siap-siap dengan harganya karena ada selisih harga beli dan jual. Kalau emas batangan, lebih butuh waktu untuk dijual," jelasnya.
Saat ingin mencairkan, tidak perlu repot. Dana bisa masuk dalam hitungan dua sampai tiga hari dan langsung masuk ke rekening bank pribadi.
Sementara saham, belum cukup disarankan karena kondisi ekonomi lagi naik turun. Kecuali, pembelian saham untuk pemenuhan kebutuhan dana jangka panjang, maka bisa dipilih.
Begitu juga dengan surat utang pemerintah karena biasanya butuh waktu tahunan untuk bisa dicairkan sesuai batas jatuh tempo. Sekalipun bisa dijual, ada batas waktu yang harus diikuti.
Lihat juga:Strategi Merdeka dari Utang saat Kelola Uang |
Cara lain untuk menambah pundi-pundi dana adalah dengan berusaha yang tanpa modal, yaitu menjual barang-barang pribadi yang sudah tidak terpakai, namun masih baik kondisinya. Cara ini cukup 'ngetren' belakangan ini.
Namun, tidak semua barang harus dijual. Jangan sampai kebutuhan pribadi tidak bisa terpenuhi karena menjual barang-barang ini, misalnya jual rice cooker padahal masih butuh untuk memasak.
"Mungkin kalau sepatunya kebanyakan, masih bagus, bisa dijual beberapa, lumayan untuk tambahan, bisa jadi sumber pemasukan. Tinggal foto, posting di sosial media atau e-commerce, dan dapat income dari barang sendiri, tanpa modal," terangnya.
Hal ini, tak sekadar bisa menambah pemasukan, namun 'membersihkan' rumah dari barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Bila ingin lebih niat, maka tidak ada salahnya membuka usaha. Namun, menurut Teja, yang paling aman adalah dengan sistem reseller.
"Ibaratnya tidak susah juga, tidak perlu produksi, tinggal jual lagi barang yang sudah ada dari produsen, tinggal kuncinya pergaulan harus luas," pungkasnya.