Perusahaan properti asal Inggris Whitbread mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) 6.000 karyawannya. Langkah itu diambil karena permintaan perjalanan anjlok di tengah pandemi virus corona (covid-19).
Perusahaan pemilik jaringan hotel Premier Inn dan sejumlah restoran itu akan mengonsultasikan rencana yang berdampak pada seperlima jumlah pekerjanya.
"Dengan permintaan perjalanan berkurang, sekarang kami harus mengambil keputusan yang sangat sulit, dan dengan berat hati hari ini kami umumkan keinginan kami untuk masuk ke fase konsultasi yang akan berdampak pada pengurangan hingga 6.000 pekerja di Inggris," ujar CEO Whitbread Alisan Britton dalam pernyataan yang dilansir AFP, Selasa (22/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan berharap sebagian besar pengurangan dilakukan pekerja dengan sukarela.
Pemerintah Inggris membuka sektor hospitality, termasuk di dalamnya perhotelan, pada Juli lalu. Sebelumnya, Inggris menerapkan penguncian wilayah (lockdown) untuk mencegah penyebaran virus corona pada 23 Maret.
Pemerintah juga meluncurkan paket stimulus untuk industri yang bermasalah di antaranya berupa skema diskon restoran "Eat Out to Help Out" dan pemangkasan pajak pertambahan nilai (PPN).
Kendati demikian, Inggris kembali akan menerapkan pembatasan pada Kamis (24/9) untuk menekan angka penyebaran dan gelombang dua virus corona.
Dalam pembatasan tersebut, pemerintah Inggris mewajibkan pub, bar dan usaha bidang hospitality lain tutup pada pukul 21.00. Sementara, gerai makanan dan minuman dibatasi hanya untuk layanan meja.
"Tim kami telah bekerja keras untuk membuka kembali hotel dan restoran dan kami sekarang berada pada fase 'memulihkan kembali' sebagai respons kami atas krisis covid-19," imbuh Brittain.
Namun, Brittain menyadari meski ada pelonggaran dan bisnis dibuka kembali, permintaan tahun ini akan turun signifikan dari sebelumnya," ujarnya.
"Melihat kondisi itu, kami telah mengambil langkah tambahan untuk melindungi bisnis, mempertahankan fleksibilitas keuangan dan memposisikan untuk keberhasilan jangka panjang," jelas Brittain.
Sebagai informasi, jumlah pengangguran di Inggris kian menanjak selama pandemi covid-19. Kantor Statistik Nasional (ONS) Inggris mencatat tingkat pengangguran Inggris mencapai 4,1 persen selama periode Mei-Juli. Angka itu lebih tinggi dari periode Februari-April,3.9 persen.
Pemerintah Inggris juga mencatat 2,7 juta warganya mengajukan klaim tunjangan pengangguran pada Agustus. Angka itu menanjak hampir 121 persen sejak Inggris menerapkan lockdown pada Maret lalu.
Lihat juga:Marks and Spencer PHK 7.000 Pekerja |