Indeks Back-to-Normal CNN Business dan Moody's Analytics memperkirakan kegiatan ekonomi Amerika Serikat mulai beroperasi hampir 76 persen dari posisi sebelum pandemi virus corona.
Dikutip dari CNN, persentase tersebut jauh lebih tinggi dari pada kondisi ekonomi AS pada April lalu. Sayangnya, kondisi perbaikan tersebut belum stabil sejalan dengan angka infeksi corona yang masih tinggi di beberapa negara bagian.
Pada April lalu, indeks menunjukkan ekonomi AS beroperasi hanya sekitar 59 persen dari 37 indikator ekonomi. Persentase ini terus membaik pada Mei dan Juni karena kasus corona mulai berkurang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ketika pembatasan mulai melonggar, beberapa daerah mengalami lonjakan kasus corona baru. Persentase tertinggi yang dicapai perekonomian AS pasca-pandemi, yakni 80 persen pada akhir pekan Hari Buruh, yang akhirnya merosot lagi ke 76 persen.
"Saya pikir cukup jelas Indeks Back-to-Normal menunjukkan pemulihan tidak membentuk kurva V. Enam bulan berlalu, dan AS masih sangat jauh dari kembali ke normal," kata Mark Zandi, Kepala Ekonom Moody's Analytics.
Perekonomian yang belum pulih ini menjadi hantaman bagi jutaan warga AS dan bisnis mereka.
Enam bulan setelah krisis, klaim mingguan untuk tunjangan pengangguran masih empat kali lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Angka ini jauh lebih tinggi dari krisis 1967.
Industri perjalanan, rekreasi, dan perhotelan sangat terpukul. Restoran baru pulih 35 persen dari bisnis mereka sebelum pandemi.
Sementara, okupansi hotel masih anjlok 30 persen. Sedangkan maskapai, menjadi salah satu bisnis yang terpukul cukup keras. Rata-rata bisnis maskapai anjlok 70 persen dari kondisi sebelum pandemi dan belum menunjukkan pemulihan di tengah pelonggaran.
Selain itu, penjualan bisnis hiburan seperti bioskop anjlok 90 persen dari sebelum pandemi. Yelp melaporkan per 31 Agustus, hampir 163, 7 ribu usaha tutup sejak 1 Maret dan 60 persen di antaranya tutup permanen.
"Semakin banyak bisnis yang gagal, semakin lama AS akan kembali normal. Ini berdampak buruk pada ekonomi, masalah struktural yang akan menjadi jauh lebih buruk," papar Zandi.
Pemulihan ekonomi AS diperkirakan bakal menjadi PR yang tak ada habisnya. Hingga akhir tahun, ekonomi AS masih akan turun sekitar 10 juta pekerjaan dari puncak sebelum pandemi.
Zandi memproyeksi AS baru bisa kembali bekerja full time pada semester dua 2023. Namun, perkiraan tersebut tetap bergantung pada dua faktor yakni virus tidak bertambah buruk dan kebijakan fiskal datang untuk menyelamatkan.
Moody's Analytics menilai tanpa paket penyelamatan fiskal, termasuk lebih banyak dukungan untuk usaha kecil dan pengangguran, indeks akan mulai mundur.
"Beralih dari 60 persen menjadi 80 persen akan jauh lebih mudah daripada kembali ke 100 persen, sekarang kerja keras dimulai," kata Zandi.
Namun, di tengah usaha yang anjlok. Ada beberapa bisnis yang tetap kinclong di tengah pandemi yakni saham, perumahan dan e-commerce. Indeks saham S&P 500 meroket didorong kenaikan lima saham teknologi, yakni Apple, Amazon, Microsoft, Alphabet dan Facebook.
Rebound di pasar saham sangat menguntungkan orang kaya. Berdasarkan data The Fed, 10 persen rumah tangga kaya AS memiliki 87 persen saham dan reksa dana yang beredar di AS.
Sedangkan bisnis perumahan pun membaik di tengah pandemi karena tingkat suku bunga yang rendah dan kebijakan baru untuk kerja di rumah. Di Maine, harga rumah naik lebih dari 7 persen dari tahun lalu. Namun, tidak jelas berapa lama lagi kekuatan di pasar real estat dapat berlanjut.
Terakhir, e-commerce yang membuat sebagian orang memilih belanja online daripada berjalan ke toko offline.