Pemerintah menargetkan dapat meraup dana segar sebesar Rp5 triliun dari penerbitan surat utang negara berseri Obligasi Negara Ritel 018 (ORI018). Angkanya lebih rendah target ORI017 yang mencapai Rp10 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan angka Rp5 triliun masih target awal pemerintah. Ia menyadari jumlah target itu terbilang konservatif.
"ORI018 ini target awal konservatif Rp5 triliun, terlalu konservatif," ungkap Deni dalam launching ORI018 secara virtual, Kamis (1/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah sengaja memasang target rendah agar menarik minat masyarakat untuk membeli ORI018. Deni berharap masyarakat banyak yang langsung melakukan pemesanan setelah tahu targetnya hanya Rp5 triliun.
"Jadi agar masyarakat melihatnya kan Rp5 triliun, kalau tidak segera cepat beli kehabisan. Jadi langsung memasukkan penawaran," terang Deni.
Hanya saja, Deni bilang terbuka peluang pemerintah menaikkan target raihan dana jika jumlah penawaran melonjak dari yang diharapkan. Tak kalah penting penting, ia berharap tawaran investasi ini masih menarik di masa pandemi.
Deni menyatakan dana yang diraih dari penerbitan ORI018 akan digunakan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020. Ini khususnya membiayai sejumlah sektor yang menjadi prioritas di APBN.
"Saat ini arahan Pak Presiden (Jokowi) ada tiga yang harus menjadi fokus, yaitu sektor kesehatan, social safety net (perlindungan sosial), dan dukungan untuk sektor usaha seperti UMKM," papar Deni.
Sebagai informasi, masyarakat mulai bisa membeli ORI018 hari ini. Pemerintah menawarkan surat utang tersebut dengan kupon 5,7 persen.
Deni berharap tawaran investasi itu tetap menarik di mata investor meski kupon lebih rendah dari ORI017 yang sebesar 6,4 persen. Menurutnya, ORI018 adalah investasi yang aman karena dijamin pemerintah dan menguntungkan bila dibandingkan dengan deposito.
"Kalau dibandingkan dengan deposito, ini tinggi. Bank Indonesia (BI) sudah turunkan bunga dan ada kemungkinan turun lagi," jelas Deni.
Selain itu, pajak yang harus dibayar dari penempatan dana di deposito juga lebih mahal dari ORI018. Deni menjabarkan pajak yang ditanggung pemegang deposito adalah 20 persen, sedangkan ORI018 hanya 15 persen.
"Ini upaya pemerintah untuk mengembangkan budaya investasi," tutur Deni.
Ia menambahkan ORI018 bisa dibeli secara online. Masyarakat bisa membelinya melalui 26 mitra distribusi yang memiliki interface dengan sistem e-SBN.
Mitra distribusi yang bekerja sama dengan pemerintah pada penerbitan ORI018 kali ini, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Lalu, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank HSBC Indonesia, dan PT Bank OCBC NISP Tbk.
Selanjutnya, PT Bank CIMB Niaga Tbk, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Citibank N.A, PT. Bank Central Asia Tbk atau BCA, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Commonwealth, PT Bank Danamon Tbk, dan PT Bank Victoria International Tbk.
Kemudian, PT Danareksa Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, PT Bahana Sekuritas, PT Bareksa Portal Investasi, PT Star Mercato Capitale (Tanamduit), PT Nusantara Sejahtera Investama (Invisee), PT Investree Radhika Jaya (Investree), PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku), dan PT Lunaria Annua Teknologi (Koinworks).