BPS: 32,66 Persen Perusahaan Kurangi Jam Kerja Saat Corona

CNN Indonesia
Rabu, 07 Okt 2020 15:12 WIB
Hasil survei BPS menyatakan sebanyak 32,66 persen perusahaan telah mengurangi jam kerja mereka di masa pandemi covid-19.
BPS mengatakan mayoritas atau sebanyak 32,66 persen perusahaan telah mengurangi jam kerja mereka di masa pandemi covid-19.(CNNIndonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan mayoritas atau sebanyak 32,66 persen perusahaan telah mengurangi jam kerja mereka di masa pandemi covid-19 atau virus corona. Hal ini untuk mengurangi biaya operasional di tengah turunnya pendapatan saat pandemi.

Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS Nurma Midayanti mengatakan informasi tersebut berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan BPS beberapa waktu lalu kepada ribuan pelaku usaha. Sementara, 17,06 persen perusahaan merumahkan karyawannya tanpa dibayar.

"Kemudian diberhentikan dalam waktu singkat ada 12,83 persen, perusahaan yang merumahkan karyawan dengan pembayaran upah sebagian ada 6,46 persen, dan perusahaan merumahkan karyawan dengan upah dibayar penuh ada 3,69 persen," papar Nurma dalam diskusi virtual, Rabu (7/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nurma menjelaskan hal ini menyebabkan penurunan pekerja di beberapa subsektor industri. Ia menjabarkan beberapa sektor yang dimaksud, seperti perdagangan, reparasi, perawatan mobil, industri kertas dan barang dari kertas, industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional, angkutan udara, agen pos, pos komersial, penyediaan akomodasi, serta makanan dan minuman (mamin).

Sementara, berdasarkan hasil survei terhadap masyarakat menunjukkan 56,4 persen masih tetap bekerja di masa pandemi. Kemudian, jumlah masyarakat yang menganggur adalah 22,74 persen.

"Lalu yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) 2,52 persen, dirumahkan 18,34 persen," imbuh Nurma.

Dalam kesempatan yang sama, Country Manager Jobstreet Indonesia Faridah Lim menjelaskan pihaknya juga melakukan survei pada Mei 2020 lalu. Hasilnya, 35 persen dari total responden mengaku diberhentikan dan 19 persen dirumahkan.

"Yang paling terdampak adalah sektor hospitality, pariwisata, tekstil, mamin, dan arsitektur bangunan," kata Faridah.

Kendati banyak perusahaan yang merumahkan dan memberhentikan karyawannya, tetapi Faridah bilang masih ada perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan di masa pandemi. Bahkan, jumlah lowongan satu industri bisa mencapai lebih dari 2.000.

Faridah menjabarkan ada lima industri utama yang tetap merekrut karyawan beberapa bulan terakhir. Salah satunya adalah manufaktur dengan jumlah lowongan mencapai 5.273.

Kemudian, general trading dan grosir dengan jumlah lowongan 2.703, perbankan atau layanan keuangan dengan jumlah lowongan 2.497, ritel atau merchandise dengan lowongan sebanyak 2.485, dan bidang software dengan jumlah lowongan sebanyak 2.232.

"Jumlah pelamar meningkat, untuk general trading naik 47 persen, diikuti transportasi atau logistik naik 36 persen, manufaktur atau produksi naik 24 persen, software naik 18 persen, dan produk konsumen naik 17 persen," jelas Faridah.

Sementara itu, Faridah memproyeksi ada 10 pekerjaan yang masih akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam 6 bulan ke depan. Jenis pekerjaan tersebut adalah sales atau customer service, admin, akuntansi, teknik, teknologi informasi, marketing, manufaktur, manajemen, transportasi dan logistik, serta perbankan.

Menurut Faridah, jumlah pelamar juga melonjak selama pandemi ini. Biasanya, jumlah pelamar untuk satu lowongan pekerjaan hanya 400, tapi kini naik hingga 800 pelamar.

"Rata-rata satu lowongan sebelumnya dilamar oleh sekitar 400 pencari kerja atau 400 pelamar, selama masa ini terjadi peningkatan yang signifikan itu mencapai 800 lamaran," jelas Faridah.

Di masa seperti ini, Faridah menyarankan pencari kerja mempersiapkan diri lebih matang di tengah pandemi. Setidaknya, pelamar harus ahli dalam menggunakan teknologi karena semua beralih menjadi serba digital saat ini.

"Misalnya interview, sekarang dilakukan dengan teknologi. Saya banyak melihat pencari kerja dihubungi untuk interview tapi masih kesulitan, tidak punya Zoom atau Skype," tutur Faridah.

Ia menyatakan persaingan mencari pekerjaan sekarang semakin ketat. Untuk itu, pencari kerja juga harus mengasah kemampuan di berbagai sektor agar dilirik oleh perusahaan.

"Misalnya kemampuan bahasa, teknologi, dan digital. Itu diasah, itu sangat-sangat penting," katanya.

Sementara, HR Services Asistant Manager PT Panasonic Gobel Indonesia Sri Lestari Sukarno menambahkan seluruh kemampuan pencari kerja harus dicantumkan di curriculum vitae (CV). Poin-poin yang dituliskan dalam CV harus dirinci agar bisa menjadi pertimbangan perusahaan.

"Di CV nya pun dia harus menunjukkan bahwa dia jago dalam semua hal dan dia tampilkan semua kebisaan yang dia punya. Sehingga itu jadi pertimbangan kami," ujar Sri.

Jika kemampuan yang dimiliki tak sesuai dengan lowongan pekerjaan yang sedang dibuka, tetapi perusahaan menilai pelamar memiliki kemampuan cukup baik, maka bisa dialihkan ke divisi lain yang juga membutuhkan sumber daya manusia (SDM).

"Karena lowongan pekerjaan itu, mungkin di bagian yang kami yang rekrut ini sepertinya dia tidak cocok, kami punya divisi lain, mungkin kami akan tawarkan ke tempat lain," pungkas dia.

[Gambas:Video CNN]



(aud/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER