Pemerintah Singapura akan memberikan insentif kepada warganya yang mau punya anak selama pandemi covid-19 atau virus corona. Bantuan diberikan untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat tentang keuangan dan pekerjaan mereka di masa pandemi.
"Kami telah menerima umpan balik bahwa covid-19 telah menyebabkan beberapa calon orang tua menunda rencana punya anak. Ini sangat bisa dimaklumi terutama ketika mereka menghadapi ketidakpastian pendapatan," ujar Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat, dikutip dari CNN Business, Rabu (7/10).
Heng mengatakan insentif itu akan membantu orang tua melalui dana tunai yang diberikan pemerintah Singapura. Hanya saja, Heng tak menjelaskan lebih detail jumlah dana yang akan diberikan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diketahui, Singapura adalah negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia. Pemerintah telah mencoba berbagai upaya untuk menaikkan angka statistik kelahiran di negara itu, namun belum berhasil.
Data Badan Statistik Nasional Singapura mencatat tingkat kesuburan saat ini hanya 1,14 kelahiran per perempuan. Angkanya bisa dibilang sama dengan Hong Kong.
Singapura sudah berjuang untuk membalikkan tren statistik sejak 1980 silam. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah adalah kampanye publik yang mendorong persalinan dan sejumlah insentif keuangan hingga pajak.
"Seperti banyak negara maju, tantangan utama populasi Singapura ada kesuburan yang rendah dan populasi yang menua. Tujuan kami adalah untuk mencapai populasi yang berkelanjutan, yang mendukung pertumbuhan ekonomi," tulis pemerintah Singapura pada 2011 lalu.
Sebagai informasi, ekonomi Singapura anjlok akibat pandemi virus corona. Negara itu resmi masuk ke jurang resesi setelah ekonominya minus dua kuartal berturut-turut.
Tercatat, ekonomi Singapura minus 0,7 persen pada kuartal I 2020. Kemudian, ekonomi negara tersebut semakin parah pada kuartal II 2020, yakni minus 42,9 persen.
Singapura tak bisa menghindari resesi meski pemerintah telah melakukan penanganan penularan virus corona lebih awal dengan memberlakukan penguncian (lockdown) secara ketat. Berdasarkan catatan Universitas Johns Hopkins, jumlah warga yang meninggal akibat virus corona di Singapura hanya 27 orang.
Lihat juga:Polemik Aturan Cuti Hamil dan Haid |