Ekspor Minyak Sawit Turun 6,7 Persen pada Agustus 2020

CNN Indonesia
Rabu, 14 Okt 2020 06:00 WIB
Tercatat nilai ekspor minyak sawit pada Agustus mencapai US$1.697 juta. Nilai tersebut diklaim lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Tercatat nilai ekspor minyak sawit pada Agustus mencapai US$1.697 juta. Nilai tersebut diklaim lebih rendah dari bulan sebelumnya. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas).
Jakarta, CNN Indonesia --

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat produksi minyak sawit telah mencapai 4,2 juta ton, jumlah produksi yang sama pada Agustus 2019 lalu. Namun, secara total periode yang sama yakni Januari-Agustus 2020 turun 6,7 persen dari 2019.

Peningkatan produksi naik karena mengikuti siklus musim dan kondisi telah mulai pulih setelah pemupukan semester I 2020 kembali normal. Namun, nilai ekspor minyak sawit pada Agustus turun dari Juli 2020.

Tercatat nilai ekspor minyak sawit pada Agustus mencapai US$1.697 juta. Nilai ekspor tersebut tercapai pada harga rata-rata Agustus CPO US$703/ton Cif Rott dan Juli US$659/ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara volume, ekspor Agustus mencapai 2.683 ribu ton yang lebih rendah dari pencapaian Juli yaitu sebesar 3.129 ribu ton. Penurunan volume ekspor ini diduga selain karena pengaruh covid-19 yang belum mereda, juga karena kenaikan harga minyak sawit.

Kenaikan harga minyak sawit yang menyebabkan perbedaannya harga dengan minyak nabati lain, terutama minyak kedelai, menjadi lebih kecil sehingga sebagian pengguna beralih ke minyak lain atau importir menunggu perubahan harga.

Menurut tujuannya, ekspor ke India pada Agustus turun 200 ribu ton atau sekitar 36,4 persen. Sedangkan ekspor China turun hanya 11 ribu ton atau sekitar 1,7 persen.

Namun, secara tahunan, ekspor ke India pada 2020 hampir 600 ribu ton lebih tinggi dari 2019 sedangkan ke China hampir 2 juta ton lebih rendah. Penurunan ekspor yang besar lainnya adalah ke Timur tengah hampir 100 ribu ton atau setara dengan 36,13 persen, secara YoY turun 11 persen.

Menurut jenis produknya, ekspor ekspor CPO turun 46 ribu ton, olahan CPO turun 142 ribu ton, laurik turun 58 ribu ton sedangkan oleokimia masih naik dengan 5 ribu ton. Secara YoY sampai dengan Agustus, total volume ekspor 2020 sekitar 11 persen lebih rendah dari 2019 dengan kontributor penurunan utama adalah ekspor produk olahan CPO.

Konsumsi minyak sawit dalam negeri untuk produk pangan dan oleokimia selama 2 bulan terakhir menunjukkan kenaikan. Dibandingkan dengan bulan Juli, konsumsi minyak sawit untuk pangan sepanjang Agustus naik sekitar 1,9 persen menjadi 654 ribu ton.

Sedangkan konsumsi untuk oleokimia naik 2 persen menjadi 151 ribu ton. Sebaliknya, konsumsi biodiesel turun 9,8 persen menjadi 576 ribu ton sehingga secara secara total, konsumsi dalam negeri pada Agustus adalah 3,3 persen lebih rendah dari konsumsi pada Juli.

Secara kumulatif sampai dengan Januari dan Februari (sebelum pandemi), konsumsi dalam negeri 2020 mencapai 16 persen lebih tinggi dari 2019. Total konsumsi tersebut terus turun menjadi 3 persen sampai dengan Juni dan Juli.

Pada Agustus konsumsi terus turun menjadi 2,5 persen. Penurunan utama terjadi pada penggunaan untuk pangan yang secara YoY Agustus 2020 turun 14,9 persen, sedangkan untuk oleokimia dan biodiesel lebih tinggi berturut-turut dengan 45,3 persen dan 26,9 persen.

Tren naik produksi yang bersamaan dengan tren kenaikan harga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa melalui ekspor produk sawit. Mengingat ekspor ke China sampai dengan Agustus (YoY) adalah 37 persen lebih rendah dari tahun lalu.

Selain itu, China adalah negara yang sudah pulih dari covid-19, sehingga ada peluang yang besar untuk mengejar ketertinggalan ekspor ke China dari tahun lalu. Kenaikan konsumsi untuk pangan dan oleokimia dua bulan terakhir memberikan harapan kepulihan konsumsi dalam negeri.

[Gambas:Video CNN]



(age/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER