Utang LN Negara Pendapatan Rendah dan Menengah Tembus US$8 T

CNN Indonesia
Selasa, 13 Okt 2020 17:28 WIB
Bank Dunia mencatat utang luar negeri (ULN) negara-negara berpendapatan rendah dan menengah mencapai US$8 triliun pada 2019.
Bank Dunia mencatat utang luar negeri (ULN) negara-negara berpendapatan rendah dan menengah mencapai US$8 triliun pada 2019. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Dunia mencatat utang luar negeri (ULN) negara-negara berpendapatan rendah dan menengah mencapai US$8 triliun pada 2019. Jumlah ULN itu naik 5,4 persen dari tahun sebelumnya.

Mengutip laporan Bank Dunia, bertajuk International Debt Statistics 2021, pada Selasa (13/10) disebutkan jika ULN itu didominasi oleh ULN jangka panjang. Tercatat, ULN jangka panjang sebesar US$6 triliun, setara dengan 73 persen dari total ULN negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

ULN jangka panjang itu naik 7 persen dari 2018 lalu. Sedangkan ULN jangka pendek naik tipis 1,5 persen menjadi US$2,2 triliun pada akhir 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Dunia mencatat China menyumbang 26 persen ULN negara-negara berpendapatan rendah dan menengah di 2019. ULN China naik 8 persen pada 2019, didorong oleh lonjakan pinjaman jangka panjang oleh sektor publik maupun swasta.

Detailnya, ULN jangka panjang China naik 22 persen menjadi US$909 miliar. Sedangkan, ULN jangka pendeknya justru turun tipis 1 persen menjadi US$14 miliar pada akhir 2019.

"Kondisi ini mencerminkan perlambatan volume perdagangan China," ujar Bank Dunia dalam laporannya.

Sementara itu, aliran uang masuk ke negara berpendapatan menengah dan rendah turun 14 persen menjadi US$900 miliar pada 2019, yang merupakan penurunan tahun kedua berturut-turut. Terdiri dari, utang ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah turun 28 persen dari US$532 miliar pada 2018 menjadi US$383 miliar.

Sementara itu, foreign direct investment (FDI) US$479 miliar, hanya sedikit berubah dari 2018, dan ekuitas naik 23 persen menjadi US$48 miliar.

Penurunan aliran uang masuk itu didorong oleh penurunan aliran uang ke China. Tercatat, aliran uang ke China turun 39 persen pada 2019, karena berkurangnya porsi ekuitas sebesar 29 persen dan utang turun 48 persen.

"China tercatat mendominasi volume dan lalu lintas keuangan ke negara berpendapatan menengah dan rendah, sebesar 39 persen. Namun, pangsa China itu turun dari sebelumnya hampir 49 persen pada 2018," tulis Bank Dunia,

Bank Dunia menuturkan perkembangan utang luar negeri negara-negara berpendapatan menengah dan rendah pada 2019 dipengaruhi sejumlah faktor. Meliputi, perlambatan pertumbuhan ekonomi global sekitar 2,4 persen, yang merupakan terendah sejak krisis keuangan 2008.

Selain itu, terjadi hambatan perdagangan, sengketa perdagangan, dan meningkatnya ketegangan geopolitik sepanjang 2019 lalu.

Tak hanya itu, harga komoditas turun karena ketidakpastian kebijakan sehingga membebani perdagangan internasional dan mengurangi kepercayaan investor. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, mengalami kontraksi 3,5 persen pada 2019 dari sebelumnya tumbuh 4,3 persen pada 2018.

Sebagian besar negara yang mengalami kontraksi itu adalah negara yang mengandalkan ekspor komoditas. Untuk diketahui, International Debt Statistics 2021 menyajikan data arus keuangan dari 120 negara berpendapatan rendah dan menengah.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER