Sebelum Omnibus Law, Investasi RI Sudah Lampaui Vietnam

CNN Indonesia
Rabu, 14 Okt 2020 06:29 WIB
Bank Dunia menyebut aliran investasi asing langsung ke RI tembus US$25 miliar, kalahkan Thailand yang hanya US$6,8 miliar dan Vietnam yang hanya US$12 miliar.
Data Bank Dunia menunjukkan sebelum ada Omnibus Law Cipta Kerja, aliran investasi asing RI sudah kalahkan Vietnam dan Thailand. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Aliran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) ke Indonesia sudah berhasil mengalahkan Thailand dan Vietnam pada 2019 atau sebelum Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) disahkan. 

Hal ini terungkap dari laporan Bank Dunia bertajuk Statistik Utang Internasional 2021 yang menyoroti aliran investasi asing di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Dari laporan yang dikutip CNNIndonesia.com, tertulis aliran investasi asing ke Indonesia mencapai US$25 miliar pada 2019.

"Arus masuk FDI ke Indonesia naik 24 persen ke rekor US$25 miliar, dengan investasi yang kuat di bidang manufaktur, pertambangan, dan jasa keuangan," tulis Bank Dunia, dikutip Selasa (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aliran tersebut unggul jauh dibandingkan dengan Thailand yang cuma US$6,8 miliar dan Vietnam US$12 miliar. Tak hanya lebih tinggi, aliran investasi ke Tanah Air bahkan meningkat dua digit ketika pertumbuhan investasi kedua negara justru turun, masing-masing minus 50 persen dan 14 persen.

Secara total, Bank Dunia mencatat aliran investasi asing langsung ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah turun 5 persen menjadi US$55 miliar pada tahun lalu. Sayangnya, Bank Dunia tidak mengungkap alasan di balik naik penurunan aliran investasi asing ke masing-masing negara pesaing Indonesia itu.

Mereka hanya menyatakan penurunan juga dialami China. China sendiri juga mengalami penurunan aliran investasi asing pada tahun lalu.

Jumlahnya turun 29 persen menjadi US$131 miliar.

[Gambas:Video CNN]

"Penurunan tersebut sebagian didorong oleh ketegangan perdagangan, tetapi juga oleh pergeseran ke pinjaman antar perusahaan yang tercermin dari peningkatan arus masuk utang bersih ke entitas sektor swasta pada 2019," jelas Bank Dunia.

Kendati begitu, aliran investasi asing ke China masih jauh lebih tinggi dari negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Bahkan, akumulasi investasi asing di Negeri Tirai Bambu masih menyumbang 71 persen aliran investasi asing di Asia Timur dan Pasifik yang turun 24 persen menjadi US$186 miliar.

Sementara aliran investasi asing ke Asia Selatan naik 11 persen karena peningkatan investasi di India sekitar 10 persen menjadi US$43 miliar. Investasi asing di India masuk ke industri teknologi dan komunikasi.

Bangladesh juga menikmati peningkatan aliran investasi sebanyak 10 persen menjadi US$1,4 miliar yang masuk ke industri garmen. Begitu pula dengan Pakistan yang naik menjadi US$2 miliar akibat banjir investasi ke industri energi, keuangan, hingga tekstil dari investor China dan Inggris.

Peningkatan aliran investasi asing tertinggi terjadi di negara-negara kawasan Eropa dan Asia Tengah mencapai US$50 persen menjadi US$66 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari Rusia dengan total investasi asing naik dari US$10 miliar menjadi US$29 miliar.

Sementara aliran investasi asing kawasan Afrika-Sub Sahara naik 26 persen menjadi US$23 miliar. Lalu, kawasan Amerika Latin dan Karibia naik 14 persen menjadi US$138 miliar dan Timur Tengah serta Afrika Utara turun 13 persen.

Sebagai informasi, pemerintah dan DPR sepakat menggenjot investasi dengan mempercepat pembahasan UU Cipta Kerja. Pemerintah mengklaim UU ini akan menjadi senjata utama memecah kebuntuan pemerintah dalam menggenjot investasi.

Namun, UU Ciptaker mendapat penolakan dari berbagai pihak, mulai dari kalangan pekerja atau buruh, akademisi, ekonom, hingga para lembaga nasional. Sebab, ada banyak pasal yang tak disetujui dan berpotensi merugikan masyarakat kecil hingga lingkungan.

(uli/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER