Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menyebut ekonomi desa masih jauh tertinggal dari kota. Pasalnya, ekonomi desa hanya menyumbang 14 persen dari total PDB nasional.
Sementara 86 persen sisanya berasal dari perkotaan. Wakil Menteri Desa PDTT Budi Arie mengaku prihatin dengan ketimpangan tersebut. Karena itu, dia ingin masalah itu segera diatasi supaya ke depan desa mampu berkontribusi lebih besar bagi PDB nasional.
"Ekonomi desa hanya 14 persen dari PDB nasional, tentu saja ini sangat memprihatinkan. Bagaimana keseimbangan desa-kota harus kita selaraskan, sehingga kesenjangan pembangunan bisa diminimalisir," katanya pada pembukaan Yorfest 2020, Rabu (28/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam meminimalisir ketimpangan ini, menurutnya, sektor pertanian yang merupakan basis pedesaan dapat menjadi tumpuan dan tulang punggung ekonomi nasional.
Kata dia, sektor pertanian telah membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi pandemi covid-19. Kala berbagai sektor berguguran dan mencetak pertumbuhan negatif, sektor pertanian justru berhasil tumbuh 2,19 persen pada kuartal II 2020.
Ini kontras dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen.
"Ekonomi pertanian tumbuh positif di tengah sektor lain yang kontraksi, optimis ketahanan pangan, kemajuan sektor pertanian bisa diwujudkan desa-desa di Indonesia," lanjutnya.
Di kesempatan sama, ia juga menyoroti soal rendahnya partisipasi anak muda dalam membangun sektor pertanian. Ia mencatat hanya 3,5 persen saja kaum milenial yang terjun ke sektor pertanian.
Padahal, tantangan pertanian RI adalah integrasi teknologi dan pemanfaatan ilmu pertanian yang menurutnya dapat digerakkan oleh anak-anak muda.
Sepaham, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebut data survei tenaga kerja nasional 2019, generasi milenial mendominasi di sektor jasa keuangan dan asuransi atau 73,2 persen dari angkatan kerja generasi tua.
Diikuti oleh sektor jasa kesehatan dan sosial 69,5 persen, sektor jasa perusahaan 60,2 persen, dan sektor jasa pendidikan 54,2 persen.
Lalu, sektor industri pengolahan sebesar 53,6 persen, jasa lainnya 41,6 persen, dan pertanian di urutan terbawah yaitu 32,8 persen.
Oleh karena itu, ia melihat peluang milenial untuk mengolah 190 juta hektare lahan di RI masih terbuka lebar.
"Peluang milenial di pertanian masih terbuka lebar, regenerasi petani menjadi kunci, makanya memang perlu ditingkatkan lagi," tutupnya.
(wel/agt)