Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini Indonesia telah berhasil melalui fase ekonomi terburuk. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai membaik meski resmi masuk ke jurang resesi pada kuartal III 2020.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang berkurang kedalaman kontraksinya. Ekonomi nasional minus 3,49 persen pada kuartal III dari sebelumnya minus 5,32 persen pada kuartal II.
"Titik balik terlihat di kuartal III yang berikan harapan besar bagi kita untuk pulihkan ekonomi. Di kuartal III, the worst is over atau dampak covid di kuartal II sudah dilewati," kata Ani, sapaan akrabnya saat konferensi pers virtual, Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Warga soal Resesi Ekonomi RI: Apaan Tuh? |
Hal ini tercermin dari pertumbuhan yang lebih baik dari hampir semua sektor industri dan komponen pembentuk pertumbuhan. Khususnya, pertumbuhan konsumsi pemerintah yang mencapai 9,8 persen.
Padahal sebelumnya minus 6,9 persen pada kuartal II. Begitu juga dengan konsumsi rumah tangga minus 5,5 persen, kini minus 4 persen.
"Ini didukung oleh belanja pemerintah dalam rangka perlindungan sosial yang meningkat sangat tajam," jelasnya.
Begitu pula dari masing-masing sektor industri, di mana pertumbuhan tertinggi ada di sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan. Masing-masing tumbuh 10,6 persen dan 15,3 persen.
Lihat juga:Istana Buka Suara soal Resesi Ekonomi RI |
Kendati begitu, ia mengakui bahwa konsumsi masyarakat kelas menengah atas masih terbatas karena kekhawatiran akan pandemi virus corona atau covid-19. Selain itu, konsumsi kelas menengah atas juga terhambat karena pembatasan mobilitas masyarakat.
Lebih lanjut, ia memastikan pemerintah pusat akan terus berusaha menggenjot pertumbuhan ekonomi ke depan. Di sisi lain, bendahara negara meminta dukungan pemerintah daerah agar membantu pemerintah pusat untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
Caranya dengan membelanjakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) lebih cepat pada kuartal IV seperti yang dilakukan pemerintah pusat pada kuartal III.
"Potensi belanja masih besar mengingat realisasi APBD yang masih rendah. Ini akan untuk mendorong momentum pembalikan ekonomi di kuartal IV," tandasnya.