Boeing Kerek Proyeksi Penjualan Armada di China jadi US$1,4 T

CNN Indonesia
Jumat, 13 Nov 2020 10:49 WIB
Boeing menaikkan proyeksi penjualan armada pesawat di China menjadi 8.600 unit atau senilai US$1,4 triliun selama 20 tahun ke depan.
Boeing menaikkan proyeksi penjualan armada pesawat di China menjadi 8.600 unit atau senilai US$1,4 triliun selama 20 tahun ke depan. (AFP Photo/Jim Watson).
Jakarta, CNN Indonesia --

Boeing, produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), menaikkan proyeksi penjualan armadanya di China. Diprediksi, penjualan Boeing tembus hingga 8.600 unit armada atau setara US$1,4 triliun di China selama 20 tahun ke depan.

Estimasi itu naik 7 persen dibandingkan proyeksi sebelum pandemi covid-19 atau pada tahun lalu.

Mengutip CNN Business, Jumat (13/11), manajemen optimis pesanan armada dalam beberapa dekade ke depan di China akan bertumbuh seiring dengan meningkatnya pasar penerbangan di China, jauh dibandingkan rata-rata negara mana pun di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyeksi ini sekaligus menjadi pengakuan bahwa pemulihan ekonomi Negeri Tirai Bambu mampu melampaui dunia. Proyeksi tersebut sangat kontras dibandingkan perkiraan Boeing akan permintaan global yang dirilis sebulan lalu.

Secara global, Boeing memangkas prospek 10 tahun untuk penjualan pesawat menjadi 18.530 unit atau 11 persen lebih rendah dari perkiraan 2019.

Boeing juga memotong prospek 20 tahun menjadi 43 ribu pesawat, turun 2 persen dari tahun lalu.

Optimisme Boeing terhadap pasar China didorong proyeksi pertumbuhan lalu lintas udara Negeri Tirai Bambu yang melesat jauh di atas rata-rata global.

Boeing menilai China mampu bertumbuh 5,5 persen dalam 20 tahun mendatang, unggul dari rata-rata global yang hanya 4 persen secara tahunan.

"Meski covid-19 telah sangat berdampak pada setiap pasar penumpang di seluruh dunia, pertumbuhan fundamental China tetap tangguh dan kuat," kata Direktur Pelaksana Pemasaran China Boeing Richard Wynne.

Beberapa faktor yang Wynne lihat menjadi nilai tambah China adalah pemulihan dari covid-19 yang melampaui seluruh dunia, kencangnya investasi pemerintah yang berkelanjutan dalam infrastruktur transportasi, dan populasi yang besar.

Menurut pelacakan global covid-19 dari Universitas Johns Hopkins, China hanya mencatat 922 kasus infeksi dalam sebulan terakhir dan tiga kematian. Data ini setara dengan 1.893 kematian akibat covid-19 di AS pada hari Rabu (11/11) saja.

China, yang merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, adalah satu-satunya kekuatan besar dunia yang sukses menghindari resesi tahun ini.

China meningkatkan pemulihannya yang relatif cepat melalui beberapa langkah, termasuk penguncian wilayah yang ketat dan kebijakan pelacakan populasi. Belum lagi, dana pemerintah untuk meningkatkan belanja konsumen dan infrastruktur.

Menurut proyeksi Bank Dunia, PDB China tumbuh 1,6 persen tahun ini, sedangkan ekonomi global secara keseluruhan akan terkontraksi sekitar 5,2 persen.

[Gambas:Video CNN]



(wel/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER