Menteri BUMN Erick Thohir ingin PT Bio Farma (Persero) menjadi pusat produksi vaksin corona atau covid-19 terbesar untuk kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Harapan ini ingin dikejarnya usai BUMN farmasi itu mengamankan kebutuhan vaksin covid-19 untuk kebutuhan masyarakat di dalam negeri.
Saat ini, Bio Farma tengah fokus memproduksi vaksin covid-19 dengan sebutan Vaksin Merah Putih. Targetnya, vaksin yang diproduksi mencapai 250 juta dosis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Enam Anak Buah Erick Thohir Positif Corona |
"Harapannya Bio Farma bisa menjadi pusat daripada produksi vaksin covid-19 untuk kawasan Asia Tenggara selain kita produksi untuk kebutuhan kita," ucap Erick dalam acara Wajah Indonesia di Metro TV, Selasa (17/11).
Erick menyatakan harapan ini bukan sekadar mimpi karena kementerian sudah mempersiapkan peta jalan agar BUMN di bidang farmasi itu bisa mengejar target-target tersebut. Hal ini turut dilakukan dengan kebijakan transformasi BUMN yang digaungkannya sejak awal menjabat sebagai menteri.
Selain itu, menurutnya, target ini juga tidak muluk karena kualitas Bio Farma sudah diakui oleh dunia. Terakhir, Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI) sudah melangsungkan uji tuntas (due diligence) atas kualitas Bio Farma.
"Bio Farma fokusnya di vaksin, dari tahun 1980 sampai hari ini produksi vaksin kelas dunia dan kemarin alhamdulillah CEPI due dilligance benar tidak sih Bio Farma ini kualitasnya. Alhamdulillah lolos karena memang kita sudah produksi 15 macam vaksin di banyak negara dengan kapasitas 2 miliar," tuturnya.
Kendati begitu, Erick mengakui untuk urusan vaksin covid-19 yang masih baru, Bio Farma mungkin masih perlu banyak belajar. Hanya saja, target produksi tetap akan dikejar semaksimal mungkin.
Selain bermimpi menjadikan Bio Farma sebagai pusat produsen vakisn covid-19, Erick juga ingin PT Kimia Farma (Persero) Tbk, BUMN farmasi lainnya, juga meningkat kualitasnya.
"Kami ingin Kimia Farma itu harus fokus di obat-obatan kimia dan harus bisa membantu Indonesia tidak impor terus menerus yang namanya obat," ujarnya.
Sementara PT Indofarma (Persero) Tbk diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kapasitas sebagai produsen obat herbal. Tujuannya, agar obat herbal nasional bisa bersaing di pasar internasional dan menyaingi obat herbal dari China.
"Jangan sampai obat-obatan herbal di Indonesia ini punah karena selalu ketekan obat asing yang berdasarkan kimia base. Nah, herbal ini harus kita kembangkan seperti yang di China, ini tugas Indofarma," pungkasnya.
(bir)