Wijaya Karya-PT CNI Bangun Pabrik Smelter di Kolaka

CNN Indonesia
Senin, 30 Nov 2020 08:58 WIB
Wijaya Karya bekerja sama dengan PT CNI membangun pabrik smelter nikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Wijaya Karya bersama dengan PT CNI membangun pabrik smelter nikel di Kolaka. Ilustrasi. (Dok. Sekretariat Kabinet).
Jakarta, CNN Indonesia --

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menandatangani kontrak kerja sama pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Wolo, Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan PT Ceria Metalindo Indotama (CMI), anak entitas PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) pada Jumat (27/11) lalu.

Rencananya pembangunan proyek ini akan berlangsung selama 36 bulan. Dalam kerja sama itu, WIKA mendapat kepercayaan menjadi pelaksana proyek.

Kepercayaan diberikan berdasarkan evaluasi administrasi, teknis, harga, kualifikasi, dan verifikasi oleh PT CNI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semoga dengan ditandatanganinya kontrak strategis ini, PT CNI bisa mengoptimalkan besarnya potensi nikel di dalam negeri dan menjadikan industri hulu dan hilir nikel sebagai sektor yang diprediksi bakal prospektif dalam beberapa tahun ke depan," ujar Direktur Utama PT CNI Derian Sakmiwata seperti dikutip dari Antara, Senin (30/11).

Ia berharap kerja sama akan memberikan manfaat ke depannya. Menurutnya, komoditas nikel akan menjadi harapan untuk menggenjot pertumbuhan industri logam dasar, sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengatakan lingkup pekerjaan WIKA dalam proyek smelter Kolaka meliputi engineering, procurement, construction, commisioning, dan financing.

[Gambas:Video CNN]

"WIKA menyambut positif kepercayaan besar yang diberikan oleh PT Ceria Nugraha Indotama. InsyaAllah, proyek ini dapat selesai tepat waktu dengan kualitas yang memuaskan dan bisa menjadi titik ungkit kebangkitan industri berbasis mineral di Tanah Air dan dunia," ujarnya.

Pembangunan pabrik feronikel itu akan terdiri atas dua lajur produksi, jalur produksi 3 dan 4 (2x72 MVA) dengan nilai kontrak sebesar Rp2,8 triliun dan 180 juta dolar AS.

Masing-masing lajur ditunjang dengan fasilitas produksi utama, yaitu rotary dryer berkapasitas 196 ton/jam (wet base), rotary kiln berkapasitas 178 ton/jam (wet base), electric furnace berkapasitas 72 MVA serta peralatan penunjang lainnya dengan target penyelesaian proyek pada 2023 dan mampu mencapai kapasitas produksi sebesar 27.800 ton Ni/year (ferronickel 22 persen Ni).

Selain CMI, entitas anak dari CNI yang juga melakukan tanda tangan dengan WIKA adalah PT Ceria Kobalt Indotama (CKI).

Kerja sama keduanya berfokus pada sinergi EPC proyek nickel laterite hydrometallurgy beserta power plant dengan estimasi nilai kontrak sebesar 1,1 miliar dolar AS.

Proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian kobalt dengan teknologi HPAL, yang menjadi inti pada kerja sama dengan CMI-WIKA itu diproyeksikan memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 100 ribu ton per tahun mixed hydroxide precipitate (MHP) (40 persen Ni dan 4 persen Co dalam MHP) dan 158 ribu ton per tahun konsentrat chromium.

Fasilitas produksi utama pada pabrik itu adalah ore preparation facility dan hydrometallurgical plant berkapasitas 3,6 juta ton/tahun (dry base), limestone treatment plant berkapasitas 770 ribu ton/tahun (wet base), sulfuric acid plant berkapasitas 550 ribu ton/tahun, residue storage facilities berkapasitas 970 ribu ton tailing serta peralatan penunjang lainnya.

(antara/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER