Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah meminta seluruh pihak untuk tidak menyepelekan virus covid-19. Dia menegaskan bahwa virus yang masuk RI pada Maret lalu ini nyata dan bisa menyerang siapa saja, termasuk dirinya.
Sebelumnya, Ida menyatakan bahwa ia terpapar covid-19 setelah hasil tes swab menyatakan positif seperti dikatakannya pada Kamis (3/12).
Namun, Ida memastikan bahwa secara fisik ia dalam keadaan yang cukup sehat sehingga ia masih dapat melakukan pekerjaan dari rumah selama isolasi diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengimbau masyarakat untuk menegakkan protokol kesehatan setiap saat untuk menjaga diri, orang sekitar, dan negara.
"Saya mau sampaikan covid-19 itu nyata, ada. Jangan pernah meremehkan covid-19. Jaga kesehatan dan jangan lupa ikuti protokol kesehatan untuk menjaga diri kita, orang lain, dan untuk menjaga Indonesia," katanya secara daring dalam acara Kompasianival, Jumat (4/12).
Dalam kesempatan sama, Ida juga mengingatkan pandemi menjadi tantangan bagi sektor ketenagakerjaan. Pasalnya, jumlah pekerja yang kena PHK maupun dirumahkan meningkat.
Selain itu, ia juga menyorot industri 4.0 yang akan mengancam eksistensi pekerjaan yang ada saat ini. Otomatisasi, katanya, suka tidak suka akan menggeser tenaga manusia.
Ia menyebut diperkirakan akan ada 85 juta pekerjaan yang hilang digantikan oleh mesin dan teknologi. Namun, juga akan muncul 97 juta pekerjaan baru yang dibutuhkan di era 4.0.
Meski lebih banyak pekerjaan yang akan muncul, ia mengingatkan angkatan kerja Indonesia akan kesiapan menyongsong industri 4.0. Dia mengingatkan karena tak mau pekerja dalam negeri kalah bersaing.
Di industri 4.0, pekerja dituntut memiliki kemampuan teknologi dan soft skill atau keterampilan dan kecerdasan emosional, sosial, komunikasi, serta kreativitas dan jiwa berwirausaha.
Dia menyebut survei yang dilakukan Kemenaker menunjukkan pekerja Indonesia masih memiliki kemampuan teknologi yang terbatas. Selain itu, juga terdapat ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan di dunia kerja.
Melihat hal itu, ia menekankan pentingnya berinvestasi di dunia pendidikan untuk mampu mencetak generasi muda yang memiliki kompetensi dan bukan mencetak ijazah semata.
"Kita harus memastikan investasi di dunia pendidikan bisa membuat pekerja kita memiliki pendidikan kompetensi yang tepat dan tidak hanya menghasilkan ijazah semata," tutupnya.