Tak kepalang keterkejutan Anindya Sukarni kala mendapat respons atas unggahan sketsa ke platform Alibaba, tiga tahun silam. Bukan saja karena ia mengunggah sketsa tanpa tujuan tertentu, namun juga karena respons itu datang dari sebuah rumah mode yang berbasis di New York.
Semesta tampaknya mendukung Anindya mengubah arah bisnis. Dari arsitektur, ke fesyen. Tak lama setelah pulang dari AS, ia mulai menerima surel-surel berisi permintaan pembuatan sepatu.
"Tapi setelah dari Amerika itu, tiba-tiba beberapa minggu kemudian banyak email masuk ke saya itu [isinya] kayak permintaan sepatu yang aneh-aneh gitu. Misalnya kayak vegan, sepatu heels," tutur Anindya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permintaan ternyata jadi semakin spesifik, seperti sepatu wanita dengan tinggi hak tertentu; atau 150 pasang sepatu vegan. Melihat permintaan pasar yang tinggi, Anindya pun mantap mendirikan Miumosa, yang kini juga memproduksi tas dan scarf.
Dinaungi Miumosa, Anindya membangun infrastruktur digital, serta bekerja sama dengan perajin lokal. Ia mengakui, tak pernah menduga akan berhasil mempertahankan merek tersebut. Dalam prosesnya, kata Anindya, negara pun ikut berperan membesarkan Miumosa.
Desain sepatu dan aplikasi kerajinan tangan lokal mengantar Miumosa ke program pendampingan #BeliKreatifLokal yang digagas oleh Kemenparekraf. Menurut Anindya, program itu memberinya banyak pengalaman dan pengetahuan baru.
"Kita tuh bener-bener dimentoring, dipantau, diperhatikan. Jarang loh, ada program pemerintah yang sebegitu sayangnya. Ya kalau buat saya sih begitu, [pemerintah] begitu dalam mendampingi kita," cetusnya seraya tertawa kecil.
Tim mentor BKL disebut memberi pendampingan berkelanjutan, mulai dari pantauan laporan penjualan setiap hari, berbagi cara menjadi penjual terlaris di marketplace, hingga fasilitas iklan gratis di berbagai media sosial. Tak ayal, dukungan itu jadi semangat Miumosa untuk terus berproduksi dan melakukan promosi di tengah masa pandemi.
"Sebelum kenal BKL kita enggak terlalu banyak punya akun di marketplace. Kita cukup fokus di website, udah. Tapi semenjak pandemi, ya otomatis harus kreatif, harus berpikir out of the box. Akhirnya kita punya marketplace, dan BKL membantu mempermudah, jadi kita enggak perlu daftar sendiri, bisa star seller pula," ungkap Anindya.
Di era new normal saat ini, Miumosa tak mau abai terhadap penerapan protokol kesehatan. Dalam semua tahapan, Anindya dan tim selalu mengedepankan kebersihan dan kesehatan. Rahman, desainer produk Miumosa mengatakan, mereka telah menyusun mimpi besar.
"Nanti kita bikin lebih unik lagi, mungkin kita angkat tentang kebudayaan Indonesia. Jadi kita enggak hanya ikutin desain-desain tren di luar negeri," kata Rahman.
Anindya menambahkan, "Ke depannya kita ingin jadi pionir untuk fashion tech di Indonesia, jadi melihat kebutuhan fesyen dari sisi teknologi. Kemudian, kita akan kuatkan di desain."
Dengan pendampingan dari Kemenparekraf dalam #BeliKreatifLokal, Anindya merasa lebih percaya diri melangkah bersama Miumosa. Ia yakin, produk lokal mampu bersaing di pasar internasional.
(rea)