Sejak kecil, ibu Euis Setiawati terbiasa menjahitkan baju untuk sang putri. Beranjak dewasa, dari kamar di rumah Euis berhasil menghasilkan produk fesyen bernama Sepintal Benang Rembulan.
Tanpa latar belakang pendidikan dunia fesyen, kenangan baju yang dijahit tangan oleh sang ibu menjadi inspirasi Euis. Ia pun belajar mendesain dan membuat pola baju secara otodidak.
Euis mengungkapkan, motivasi mendesain itu tumbuh karena kejenuhan atas produk yang beredar di pasaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau misalnya dari segi konsumen, aku menilai desain baju perempuan itu lebih banyak daripada laki-laki. Lalu seketika aku tuh kayak jenuh melihat baju-baju itu (modelnya) mainstream," tutur Euis.
Teman-teman Euis pun tertarik melihat karya anak ketujuh dari delapan bersaudara itu. Satu persatu, pesanan berdatangan. Baju yang dibuat pun menyesuaikan dengan model dan keinginan pelanggan.
Memulai bisnis sejak akhir 2019 lalu, Euis konsisten menggunakan kain dari perajin lokal demi mendukung produk buatan Indonesia. Untuk menjaga eksklusivitas produk, ia terjun langsung memilih kualitas dan pola kain. Euis mengaku, ia ingin mengangkat produk lokal.
"Jadi kebetulan yang selama ini aku pakai itu kain-kain lokal, seperti tie dye yang kemarin itu aku buat di perajin daerah Kudus, (kain) itu langsung aku jahit sendiri," kata Euis.
Desain Sepintal Benang Rembulan yang modern dan simpel menarik perhatian, produk Euis dikenal lebih banyak orang. Namun ketika pandemi Covid-19 menyerang, ia ikut terhantam. Sepintal Benang Rembulan bahkan sempat berhenti produksi selama dua bulan.
Mengetahui tak bisa hanya berpangku tangan, Euis bangkit dan berinovasi dengan mengeluarkan produk edisi Lebaran dan masker. Ia pun menyesuaikan pola pekerjaan dengan kondisi pandemi, yakni tetap mengenakan masker saat bekerja dengan orang lain, membatasi pertemuan dengan pelanggan, sampai menambahkan penggunaan plastik pada kemasan demi keamanan.
Selain itu, Euis juga bergabung dengan program #BeliKreatifLokal yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Program tersebut diakui membantunya mengatur manajemen, meningkatkan produktivitas, hingga membuat periklanan yang efektif.
"Kemarin aku juga sempat diberi fasilitas HKI, ada workshop untuk kita mengembangkan segi periklanan. Sejujurnya, aku memang masih kurang di iklan, jadi terbantu banget buat konten," kata Euis.
Sampai saat ini, Sepintal Benang Rembulan telah memiliki tujuh artikel desain. Melalui karyanya, Euis mengajak masyarakat untuk bangga memakai produk buatan anak bangsa. Ia menyerukan agar anak muda lain tak takut memulai bisnis yang bisa dimulai lewat hobi, serta berani mencoba dari hal kecil.
"Aku bukan hanya sekadar ingin jual baju, aku enggak mau langsung ke dunia bisnis. Jadi tetap aku masukin idealisme aku, tetap aku peduli lingkungan, dan membudayakan orang-orang untuk pakai produk lokal dengan kualitas enggak kalah dari luar negeri," ujar Euis.
(rea)