Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 persen hingga 5,8 persen pada 2021. Itu berarti, target pertumbuhan ekonomi jauh berbanding terbalik dari target akhir 2020, yang justru mereka ramalkan minus 1 persen hingga minus 2 persen.
Asisten Gubernur BI Aida S. Budiman mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi itu dipatok BI lantaran ekonomi tahun ini diperkirakan kontraksi.
"Sebetulnya, kalau dilihat dari level kan kami dari level rendah (minus 1 persen-minus 2 persen), jadi kami kelihatannya seolah-olah overshoot (lompat) ke 4,8 persen sampai 5,8 persen, tetapi harus diingat kami datang dari minus 1 persen sampai minus 2 persen di 2020," paparnya dalam acara BI Bersama Masyarakat: Prospek Ekonomi dan Arah Kebijakan BI 2021, Senin (7/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tanda-tanda pemulihan mulai tampak, sehingga bank sentral meyakini pertumbuhan ekonomi bisa positif di kuartal IV 2020. Sebelumnya, ekonomi dalam negeri mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen pada kuartal II 2020 dan minus 3,49 persen pada kuartal selanjutnya.
Kondisi itu mengakoibatkan Indonesia terjerembab ke dalam jurang resesi ekonomi.
Sejumlah indikator tersebut meliputi kinerja ekspor yang mulai membaik. Pada Oktober 2020, nilai ekspor mencapai US$14,39 miliar atau naik 3,09 persen dari US$13,96 miliar pada September 2020.
"Tentang ekspor ini, kita punya daya saing yang baik, lalu global kami asumsikan recovery sehingga permintaan ekspor akan terjadi," tuturnya.
Selain itu, pemerintah masih akan menggelontorkan stimulus lewat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp372,3 triliun. Aida meyakini distribusi dana PEN bisa mendorong konsumsi masyarakat sehingga bisa memperbaiki kinerja pertumbuhan.
"Kalau konsumsi naik, investasi akan mengalami peningkatan, di samping juga ada game changer UU Cipta Kerja. Jadi sebetulnya ada optimisme di sana," ucapnya.
Ia menambahkan keberhasilan pemerintah mendatangkan vaksin covid-19 ke dalam negeri juga akan menjadi katalis positif bagi ekonomi dalam negeri. Nantinya, program vaksinasi yang diimbangi dengan penerapan protokol kesehatan ketat, ia yakini bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat.
"Jika ini berhasil dilakukan dengan baik mudah-mudahan bisa tutup kuartal IV dengan pertumbuhan ekonomi sedikit positif, jadi meski kontraksi di 2020 minus 1 persen sampai minus 2 persen, tapi 2021 diharapkan menuju 4,8 persen sampai 5,8 persen," katanya.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen dalam APBN 2021. Angka itu terpaut jauh dari proyeksi pertumbuhan yang dibuat Kementerian Keuangan untuk tahun ini.
Pasalnya, mereka memproyeksikan ekonomi tahun ini minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
(ulf/agt)