Empat bulan lalu, Sulistyowati (45) melakukan general check up untuk keperluan ibadah haji. Saat itu, dokter mendiagnosanya mengalami gangguan jantung.
Sulistyowati adalah peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat segmen PBPU mandiri. Mulanya, ia ikut di kelas II. Namun setelah pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, ia memilih turun ke kelas III. Pasalnya, pendapatan Sulistyowati sebagai wiraswasta menurun.
Dengan diagnosa dokter itu, Sulistyowati pun memanfaatkan Kartu JKN-KIS untuk menjalani pengobatan. Setiap bulan, ia harus melakukan kontrol. Sulistyowati mengaku tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membiayai pengobatan, serta nyaman menerima pelayanan rumah sakit, khususnya bagian poli jantung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah saya tidak perlu memikirkan biaya pengobatan dengan memiliki kartu BPJS Kesehatan, karena ada teman juga yang mengalami gangguan jantung harus kontrol setiap bulan ke dokter dengan mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta," ujar Sulistyowati.
Sulistyowati mengungkapkan, sekalipun terpaksa turun kelas kepesertaan, dirinya tetap berupaya tetap rutin membayar iuran. Warga Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jawa Timur itu sadar harus memastikan kartunya tetap aktif demi kelancaran berobat.
"Diupayakan terus rutin bayar iuran. Saya rutin setiap bulan rawat jalan terus berobat sampai sekarang, pelayanannya luar biasa sekali. Saya merasa nyaman berobat dengan memanfaatkan Program JKN-KIS," katanya.
Lebih lanjut, Sulistyowati berharap Program JKN-KIS dapat terus berlanjut. Ia menilai program kesehatan yang dikelola oleh BPJS Kesehatan itu sangat dibutuhkan, terlebih di tengah pandemi.
"Saya ucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan. Program yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan itu harus terus hadir untuk menjamin kondisi kesehatan seluruh masyarakat," kata Sulistyowati.
(rea/rea)