Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat daya beli buruh tani dan bangunan turun pada Desember 2020. Daya beli turun karena tertekan kenaikan harga kebutuhan sehari-hari alias inflasi.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan hal ini tercermin dari rendahnya indeks upah riil buruh tani. Tercatat, upah riil turun 0,45 persen dari Rp52.566 menjadi Rp52.331 per hari pada bulan lalu.
Ia menuturkan penurunan upah riil terjadi karena tekanan inflasi di pedesaan yang lebih tinggi dari kenaikan upah nominal yang menggambarkan pendapatan. Tercatat, upah nominal hanya naik 0,13 persen dari Rp55.148 menjadi Rp55.921 per hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi karena bulan Desember terjadi kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,58 persen, maka secara riil, upah buruh tani turun 0,45 persen," tutur Suhariyanto saat rilis neraca dagang Indonesia periode Desember 2020 secara virtual, Jumat (15/1).
Hal yang sama juga terjadi di tingkat daya beli buruh bangunan yang turun 0,44 persen dari Rp86.311 menjadi Rp85.931 per hari. Daya beli turun karena pendapatan atau upah nominal hanya naik tipis 0,01 persen dari Rp90.807 menjadi Rp90.816 per hari.
"Naiknya tipis sekali, tapi di Desember ada inflasi 0,45 persen, maka secara riil, upah buruh bangunan turun 0,44 persen," jelasnya.
Anjloknya daya beli juga dirasakan oleh buruh potong rambut dan asisten rumah tangga. Hal ini terjadi karena upah nominal buruh potong rambut hanya naik 0,01 persen menjadi Rp28.733 per kepala dan upah asisten rumah tangga cuma naik 0,02 persen menjadi Rp419.990 per bulan.
Sementara tingkat inflasi yang mereka hadapi mencapai 0,45 persen pada bulan lalu. Dengan begitu upah riil buruh potong rambut turun 0,44 persen menjadi Rp27.188 per kepala dan asisten rumah tangga melorot 0,43 persen menjadi Rp397.396 per bulan.