Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai saham perusahaan pelat merah menjadi daftar emiten yang mencuri perhatian investor akhir-akhir ini.
Dia mengklaim, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh kebijakan Menteri BUMN Erick Thohir atau yang disebutnya sebagai 'Erickmology'. Aksi korporasi yang getol dilakukan Kementerian BUMN, menurut dia, menjadi alasan saham perseroan negara menjadi menarik untuk dikoleksi.
Misalnya saja, aksi korporasi berupa pembentukan holding sektor pariwisata yang saat ini tengah dilakukan. Dia menyebut, saat holding pariwisata terbentuk, perusahaan terbuka yang tergabung di dalamnya bakal kecipratan dampak positif, salah satunya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau GIAA.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalnya pembuatan holding pariwisata, nanti kan berdampak ke hal-hal lain. Kalau holding terjadi, maka Garuda akan menjadi sesuatu yang menarik," katanya pada siaran TV Satu, Creative Money, Selasa (19/1).
Selain itu, ia menyebut aksi peleburan antara PT BRI (Persero) Tbk, PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, dan PT Pegadaian (Persero) ke dalam holding pembiayaan Ultra Mikro (UMi) juga akan membuat saham BRI menjadi lebih menarik.
Holding ini dibentuk dengan target menjangkau 40-50 persen pembiayaan UMi yang selama ini tidak terjangkau. Sehingga, pembiayaan yang akan digelontorkan oleh BRI pun menjadi jauh lebih luas.
Selain BRI, rencana terpisah Erick kepada himbara lainnya yakni PT BNI (Persero) Tbk dan PT BTN (Persero) Tbk juga akan membuat kedua emiten memiliki jangkauan pembiayaan yang lebih luas.
Untuk BTN, Arya mengungkapkan pihaknya tengah mempersiapkan kerja sama dengan Jepang yang berfokus dalam menyediakan pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan perumahan di Indonesia.
Untuk diketahui, hingga saat ini angka backlog perumahan masih tinggi atau mencapai 11,04 juta unit. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, jumlah keluarga di Indonesia yang memiliki rumah mencapai 80,07 persen.
Sementara sisanya tinggal dengan cara menyewa rumah, menumpang di rumah kerabat hingga nomaden.
"BNI lagi disiapkan menjadi perbankan Indonesia yang go global. Nantinya, eksportir Indonesia akan didukung perbankan kita, makanya BNI akan fokus mengembangkan ekonomi kita ke dunia," ungkap dia.
Lalu, ditopang oleh pembentukan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund/SWF, sektor konstruksi atau BUMN Karya diperkirakan masih akan bersinar.
Pasalnya, hal itu mengindikasikan pembangunan akan berlangsung untuk jangka panjang. Dari masuknya dana asing ke dalam SWF, BUMN Karya dapat melepas kepemilikannya akan jalan tol atau infastruktur lainnya yang telah beroperasi.
Suntikan dana tersebut lalu bisa diputar untuk melakukan proyek pembangunan yang baru.
Ia menyebut saham-saham yang akan diuntungkan adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, PT Adhi Karya (Persero) Tbk atau ADHI, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau JSMR.
Lebih lanjut, seiring berjalannya pembentukan industri baterai mobil listrik di dalam negeri, ia menyebut saham-saham pertambangan juga akan menikmati imbas positif. Di sektor ini, ia menyebut perusahaan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau ANTM yang diuntungkan.
Selain itu, Arya mengatakan saham-saham farmasi di bawah induk PT Bio Farma (Persero) yakni KAEF dan INAF juga akan kebagian cuan. "Kimia Farma dan Indofarma saya rasa ketika nanti vaksin mulai masuk ke tahap publik itu kemungkinan membuat mereka naik. Saya lihat menarik," katanya.
Untuk pilihan lainnya, Arya menyebut sektor yang tak ada matinya seperti telekomunikasi juga menarik untuk dipantau, dalam hal ini saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau TLKM diprediksi akan mencetak kinerja baik.
Terakhir, saham sektor turunan konstruksi seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SMGR juga diproyeksi dapat mendatangkan cuan.