Seorang peternak ayam petelur viral setelah video singkat yang menayangkan aksinya membuang telur ayam ke area sawah. Dalam video berdurasi 1 menit 30 detik itu, peternak menunjukkan kemarahannya karena harga telur jatuh atawa kemurahan di tengah kenaikan harga pakan ternak.
Peternak tersebut berada di sekitar kandang ayam yang berseberangan dengan area persawahan. Di samping laki-laki berkaos hitam itu, ada sebuah motor roda tiga pengangkut barang yang dipenuhi dengan telur dalam rak-rak.
Kemudian, di bawah kaki laki-laki itu berjajar 10 rak telur. Ia sempat meluapkan amarahnya karena harga pakan ayam mahal. Namun, harga telur justru murah. Bahkan, sejumlah pihak masih menawar murah harga telur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena kekesalannya itu, ia membuang 10 rak telur ke sawah di sekitar tempatnya berdiri. Tidak sampai di situ, laki-laki tersebut mengambil rak telur yang berada di motor roda tiga untuk dibuang. Namun, video tersebut tidak menayangkan seluruh aksi laki-laki tersebut hingga selesai.
"Terus arep dadi opo peternak iki. Pakan mundak terus, endog soyo mudun, soyo mudun, soyo mudun. Sek di-nyang murah, di-nyang murah. Timbang di-nyang murah wes, tak guwakne pisan, wes," ungkapnya dalam bahasa Jawa, dikutip dari video tersebut, Senin (25/1).
(Mau jadi apa peternak ini. Harga pakan ayam naik terus, harga telur semakin turun, semakin turun, semakin turun. Masih ditawar murah, ditawar murah. Daripada ditawar murah, sudah, saya buang sekalian).
Video tersebut sudah dikonfirmasi oleh Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi. Ia mengatakan Satgas Pangan telah meminta Satgas Pangan Jawa Timur untuk menindaklanjuti video tersebut.
Dalam video terpisah, diketahui jika peternak ayam petelur itu bernama Suparni, alias Pitut. Peternak asal Magetan, Jawa Timur, ini meminta maaf atas tindakannya.
"Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada perbuatan atau ucapan yang kurang berkenan. Sebetulnya, hal tersebut saya lakukan karena kecewa, di mana harga pakan naik, sedangkan harga telur mengalami penurunan," tuturnya dalam video klarifikasi itu.
Dihubungi terpisah, Musbar mengamini pernyataan Suparni tersebut. Ia menjelaskan harga telur utamanya di tangan peternak (on farm) turun drastis menjadi sekitar Rp17 ribu-Rp18 ribu per kilogram (kg) secara rata-rata nasional.
Harga itu lebih rendah dari patokan yang ditetapkan pemerintah melalui Permendag Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, yakni Rp19 ribu-Rp21 ribu di tangan petani.
Ia mengatakan penyebab penurunan harga telur, yakni berkurangnya serapan dari wilayah Jabodetabek dan Bandung. Berkurangnya serapan ini diduga karena turunnya daya beli masyarakat dan pembatasan sosial lantaran 2 wilayah itu merupakan zona merah pandemi covid-19.
"Peternak menyampaikan keluhan bahwa serapan telur menurun dari Jabodetabek dan Bandung karena produksi telur nasional 12.800 ton per hari. Padahal, penyerapannya 60 persen ada di daerah Jabodetabek dan Bandung," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (25/1).
Kondisi ini mengakibatkan penumpukan di gudang penyimpanan telur milik peternak. Di sisi lain, gudang penyimpanan itu hanya mampu menampung telur selama 1 atau 2 hari. Sementara itu, ia mengungkapkan stok telur milik peternak sudah berada di gudang penyimpanan telur hampir seminggu.
"Harganya itu lalu ditekan oleh pedagang, kenapa? Karena stok menumpuk kan otomatis peternak berusaha menjual, asal keluar saja pokoknya. Itu (stok telur) harus keluar karena ayam kan bertelur setiap hari," ucapnya.
Lihat juga:KPPU Pantau Kenaikan Harga Daging Sapi |
Akibatnya, harga telur di pasar modern berada di kisaran Rp23 ribu per kg-Rp24 ribu per kg. Harga itu turun dibandingkan kondisi normal, yakni Rp27 ribu per kg-Rp28 ribu per kg.
Musbar menuturkan sejumlah asosiasi telah berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan mengenai kondisi tersebut pada 22 Januari 2021 lalu.
Kemendag, katanya, berjanji akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga bersangkutan lain hari ini. Dalam kesempatan itu, asosiasi juga meminta Kementerian Perdagangan meningkatkan harga acuan dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020.
"Dalam rapat 22 Januari kemarin, kami mohon kepada Kemendag, supaya harga telur dievaluasi, kami minta dinaikkan supaya harga dasar dari on farm itu bisa dinaikkan menjadi paling rendah Rp23 ribu per kg-Rp25 ribu per kg," ujarnya.
Alasannya, ia mengatakan harga pakan ayam naik sejak Desember 2020 sebesar Rp250-Rp500 per kg. Kenaikan harga masih berlanjut pada Januari 2021 dengan besaran serupa. Dengan demikian, harga telur naik kurang lebih Rp500 per kg-Rp1.000 per kg sejak akhir tahun lalu.
"Kenapa harga pakan naik? Karena bahan baku kita 35 persen impor, bungkil kedelai atau soybean milk ini naik luar biasa sekitar 55 persen kenaikannya. Kenapa bisa naik? Karena bahan bakunya kedelai naik," terang dia.
(ulf/bir)