Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.077 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (28/1) sore. Mata uang Garuda melemah 27 poin atau 0,2 persen dari Rp14.050 persen pada Rabu (27/1).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.119 per dolar AS atau melemah dari Rp14.091 per dolar AS pada Rabu kemarin.
Di Asia, rupiah melemah bersama mayoritas mata uang lainnya. Won Korea Selatan minus 1,38 persen, dolar Singapura minus 0,37 persen, rupee India minus 0,27 persen, yen Jepang minus 0,23 persen, baht Thailand minus 0,15 persen, peso Filipina minus 0,06 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, yuan China dan ringgit Malaysia berhasil menguat, masing-masing 0,09 persen dan 0,04 persen dari dolar AS.
Begitu juga dengan mata uang utama negara maju, kompak terperosok ke zona merah. Dolar Australia melemah 0,9 persen, rubel Rusia minus 0,79 persen, dolar Kanada minus 0,57 persen, poundsterling Inggris minus 0,4 persen, franc Swiss minus 0,19 persen, dan euro Eropa minus 0,19 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah melemah karena kekhawatiran bank sentral AS, The Federal Reserve, terhadap kecepatan pemulihan ekonomi global dari tekanan pandemi virus corona atau covid-19.
"Ini membuat indeks dolar AS kembali menguat (dan melemahkan rupiah)," ungkap Ibrahim.
Di dalam negeri, pasar mengkhawatirkan prospek pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Sebab, ekonomi diproyeksi masih terkontraksi akibat kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Ini akan berdampak terhadap konsumsi masyarakat yang melambat dan investasi yang stagnan," tuturnya.
Berbagai sentimen negatif ini, katanya, membuat aliran modal asing ke luar dari Indonesia. "Sehingga berdampak terhadap pelemahan mata uang Garuda," pungkasnya.