Pengamat Ungkap Tips Kerek Permintaan Kredit saat Pandemi

Bank BRI | CNN Indonesia
Jumat, 05 Feb 2021 11:01 WIB
Analis pasar uang Rully Nova mengatakan saat ini kesulitan ekonomi terjadi akibat pandemi sehingga harus ada pendekatan berbeda untuk mendorong kredit.
Analis pasar uang Rully Nova mengatakan saat ini kesulitan ekonomi terjadi akibat pandemi sehingga harus ada pendekatan berbeda untuk mendorong kredit. (Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tingkat permintaan dan penyaluran kredit perbankan yang masih rendah dinilai terjadi bukan karena faktor tingginya suku bunga kredit yang berlaku, melainkan akibat masih ada keraguan masyarakat dan pelaku usaha untuk mengambil pembiayaan di lembaga keuangan.

Analis pasar uang dari Bank Woori Bersaudara Rully Nova mengatakan, upaya meningkatkan penyaluran kredit perbankan tidak bisa dilakukan semata melalui formula penurunan suku bunga dan penyediaan likuiditas bagi bank.

Apalagi, saat ini terbukti likuiditas sejumlah bank masih dalam taraf aman, dan suku bunga kredit telah secara beruntun turun sejak pandemi Covid-19 melanda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait pasar kredit yang belum membaik, masalahnya bukan di ekonomi. Jadi salah besar kalau dikasih obat suku bunga dan likuiditas."

"Masalahnya ada ketakutan di masyarakat karena pandemi belum bisa dikendalikan dengan baik oleh pemerintah. Ada pembatasan kegiatan masyarakat dan bisnis yang tidak growth, jadi pengusaha takut ngambil kredit, takut nggak bisa bayar," ujar Rully dalam keterangannya, Jumat (5/2).

Dia berpendapat, krisis yang terjadi saat ini berbeda dengan kesulitan-kesulitan terdahulu. Pada krisis di tahun-tahun yang lalu, kesulitan terjadi akibat masalah ekonomi.

Karena itu, formula untuk menjaga dan menaikkan permintaan kredit bisa melalui suntikan likuiditas serta penerapan disiplin fiskal.

Rully melanjutkan, saat ini kesulitan ekonomi terjadi akibat pandemi. Kondisi ini membuat pendekatan yang diambil untuk mengatasi krisis harus berbeda dibanding sebelumnya.

"Saya lihat pemerintah sudah habis-habisan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong kredit, tapi memang masih ada ketakutan di masyarakat. Jadi resepnya ya memulihkan ketakutan di masyarakat, membuat masyarakat confident bahwa kita bisa melewati tantangan pandemi ini," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Ekonom Bank Permata Josua Pardede berkata, tren penurunan suku bunga kredit perbankan yang cenderung lambat dipengaruhi meningkatnya risiko kredit karena penurunan aktivitas ekonomi dari sisi permintaan dan penawaran.

Josua menilai tren penurunan suku bunga kredit perbankan akan terus berlanjut sepanjang 2021.

"Ke depannya, suku bunga kredit modal kerja berpotensi turun lebih mempertimbangkan bahwa permintaan kredit modal kerja yang akan cenderung pulih lebih awal, dengan catatan pemulihan ekonomi domestik berimplikasi pada meningkatnya permintaan kredit untuk modal kerja," ujar Josua.

Berdasarkan hasil analisis Himbara, faktor yang paling elastis atau memengaruhi pertumbuhan kredit adalah tingkat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

Selain dua variabel ini, faktor lain yang turut berkontribusi membuat naik/turunnya permintaan kredit adalah suku bunga, NPL, dan penjualan ritel.

Salah satu bank yang dianggap berhasil mendorong pertumbuhan kreditnya adalah BRI, dengan penyaluran total kredit BRI telah mencapai Rp 938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen yoy sepanjang tahun 2020. Bahkan kredit mikro BRI mampu tumbuh double digit sebesar 14,18 persen.

Angka tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional tahun 2020 yang diperkirakan OJK berada dikisaran minus 1 hingga 2 persen.

(fef)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER