Bank BUMN mengeluh. Itu terkait sikap nasabah korporasi besar yang lebih suka menggunakan dana internal untuk ekspansi ketimbang mengambil kredit dari perbankan.
Direktur Utama PT BNI (Persero) Tbk Royke Tumilaar menyatakan kecenderungan ini menjadi tantangan bagi perbankan di Tanah Air.
Pasalnya, korporasi tersebut memiliki dana besar yang mengendap di perbankan. Kondisi tersebut telah berdampak pada kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data yang dimilikinya, DPK BNI naik 10,6 persen dari Rp614,31 triliun menjadi Rp697,45 triliun pada 2020.
Celakanya, di tengah peningkatan DPK itu, penyaluran kredit Bank BNI hanya tumbuh 5,3 persen dari Rp556,77 triliun menjadi Rp586,2 triliun sepanjang 2020.
"Cash (uang tunai) mereka di perbankan besar, itulah kenapa DPK di perbankan cukup besar," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI, Kamis (4/2).
Kondisi sama juga dialami oleh PT Bank Mandiri (Persero). DPK naik signifikan 12,24 persen dari Rp933,1 triliun menjadi Rp1.047,3 triliun.
Itu terdiri dari deposito naik tajam 20,13 persen dari Rp262,9 triliun menjadi Rp286,5 triliun dan giro tumbuh 20,13 persen dari Rp236,4 triliun menjadi Rp284 triliun.
Sementara itu, tabungan naik 7,23 persen dari Rp315,9 triliun menjadi Rp338,7 triliun dan DPK anak perusahaan tumbuh 17,24 persen dari Rp118 triliun menjadi Rp138,4 triliun.
Di tengah kondisi itu, penyaluran kredit perseroan justru turun 1,61 persen dari Rp907,5 triliun menjadi Rp892,8 triliun sepanjang 2020.
Rinciannya, kredit ritel turun paling tajam sebesar 4,80 persen dari Rp276 triliun menjadi Rp262,7 triliun dan kredit wholesale turun 3 persen dari Rp516,4 triliun menjadi Rp500,9 triliun.
Lihat juga:50 Pinjol Antre Minta Izin di OJK |
Sementara itu, kredit perusahaan anak masih tumbuh 12,25 persen dari Rp115,1 triliun menjadi Rp129,2 triliun.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi mengatakan supaya korporasi besar mau mengambil pinjaman, bank sebenarnya sudah menurunkan tingkat suku bunga kredit.
"Korporasi besar kelebihan cash dan tidak menimbulkan investasi baru, apalagi tidak minta kredit. Dananya masuk walaupun kami membayar penurunan suku bunga dengan tren yang terjadi di pasar," tuturnya.
(ulf/agt)