Tuan Tanah Lee Shau Kee, Terkaya Nomor Wahid di Hong Kong
Keputusan Lee Shau Kee, pengusaha properti Hong Kong, mendirikan Henderson Land Development pada 1976 silam berhasil mengubah hidupnya 180 derajat. Perusahaan di bidang properti tersebut berhasil menjadi mesin penggemuk uang yang sukses mengantar Lee sebagai orang terkaya nomor wahid di Hong Kong.
Mengutip Forbes.com, kekayaan Lee mencapai US$32 miliar per 23 Februari 2021. Kekayaan tersebut membuat Lee tidak hanya tajir melintir di Hong Kong, tetapi juga sebagai orang terkaya peringkat ke-26 di dunia.
Henderson Land Development adalah raksasa properti Hong Kong yang mengelola pengembangan real estate, hotel, restoran, infrastruktur, termasuk keuangan, dan investasi. Henderson Land Development terdaftar di bursa saham Hong Kong sejak 1981.
Sebelum menjadi raksasa properti seperti sekarang, perusahaan besutan Lee hanya fokus pada hunian masyarakat kelas bawah. Seiring berjalannya waktu, permintaan yang meningkat, perusahaan pun bergeser menyasar hunian kelas menengah atas.
Dari sana, perusahaan mengepakkan sayap bisnisnya ke China lewat beberapa proyek. Antara lain, Henderson Metropolitan, Nanjing West Road, Shanghai dan Miramar Hotel.
Tidak puas dengan itu, Lee merambah bisnis transportasi dan energi melalui akuisisi saham Hong Kong Ferries dan Towngas. Bisnis non properti ini pun terbilang sukses. Perusahaannya mulai dikenal menjadi penyedia listrik di Hong Kong dan China, serta memiliki saham di Petro China dan China Shenhua, BUMN energi China.
Pada ulang tahun ke-91, yaitu 29 Januari 2019 lalu, Lee sadar untuk menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada sang anak. Ia pun mengundurkan diri dari kursi ketua dan direktur pelaksana. Jabatan itu diserahkan kepada putranya, Peter Lee dan Martin Lee.
Filantropis
Lee dibesarkan dalam keluarga miskin di Shunde, Guangdong, China. Ia hijrah ke Hong Kong pada 1948. Ia pernah bercerita, dalam satu bulan, ia hanya mampu makan ikan dan daging sebanyak dua kali. Tidak lebih.
Saat masih merintis bisnis, Lee berujar "business came first, then wealth, then health and finally family. Now it's health first, then family, then my business and lastly wealth."
"Bisnis dulu, kekayaan menyusul, kemudian kesehatan dan terakhir, keluarga. Sekarang ini kesehatan lebih dulu, kemudian keluarga, lalu bisnis dan terakhir, kekayaan," tulisnya dikutip dari Forbes.
Di usianya yang uzur, kini 93 tahun, Lee lebih dikenal sebagai filantropis. Melalui Lee Shau Kee Foundation, ia menyumbang lebih dari US$400 juta untuk pengembangan pendidikan selama bertahun-tahun.
Sumbangan Lee tidak hanya mengalir dalam bentuk beasiswa, tetapi juga modal proyek belajar dan pendidikan yang inovatif, seperti kepada Institut Kebudayaan Kontemporer Hong Kong Lee Shau Kee School of Creativity (HKSC).
Tidak hanya itu, Lee juga menawarkan kedermawanannya hingga ke negara asalnya, China daratan, lewat program pendidikan dan pelatihan untuk 10 ribu dokter desa dan 1 juta petani.
"Saya selalu percaya bahwa pendidikan yang berkualitas sangat penting untuk perkembangan masyarakat. Pengembalian investasi dari pendidikan bisa berlipat ganda, bahkan tidak terukur," terang Lee pada 2005 silam.