Kemenparekraf: Bicara Covid-19, Persepsi Masyarakat Jelek
Deputi Marketing Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Nia Niscaya menyebut bahwa persepsi masyarakat umum terhadap Indonesia dari segi penanganan covid-19 relatif jelek.
Dia menyebut dari penyaringan data melalui Adobe Data, pembahasan dan persepsi pasar mengenai covid-19 masih tidak menggembirakan. Padahal sektor pariwisata yang sangat bergantung pada kepercayaan penanganan pandemi, lanjutnya, sangat terdampak dari penanganan covid-19.
"Apa yang dibahas orang tentang Indonesia soal tourism ternyata bagus persepsi pasar, tapi ketika bicara covid-19 jelek persepsinya. Ketika bicara covid-19 dan tourism 50 persen turun persepsinya," kata Nia pada diskusi Forwada, Kamis (4/3).
Nia menyebut tak bisa dipungkiri penanganan covid-19 sangat memengaruhi citra pariwisata Indonesia. Karenanya, sangat penting untuk mengkampanyekan wisata sehat dan aman yang ketat dengan protokol kesehatan.
Menurut dia, tren pariwisata di era covid-19 sudah bergeser. Bila dulu masyarakat cenderung mengunjungi destinasi yang ramai, sekarang destinasi yang sepi malah lebih disenangi.
"Tren sekarang itu bukan destinasinya cukup menarik atau tidak, tapi bagaimana prokotol kesehatannya di situ," jelasnya.
Oleh karena itu, ia menyebut salah satu program Kemenparekraf di tahun ini adalah menggencarkan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) kepada pengusaha.
Lihat juga:Indonesia Belum Bisa Terima Wisman |
Biaya sertifikasi, lanjut Nia, ditanggung oleh Kemenparekraf alias gratis. "Ini menjadi jaminan kalau protokol kesehatan sudah diterapkan di tempat, seperti label halal kalau di restoran," terangnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sepanjang 2020 terjadi penurunan tajam angka wisman akibat pandemi dari 16 juta wisman pada 2019 menjadi 4,08 juta.
Sejalan dengan itu, devisa yang dihasilkan terjun 96 persen dari raupan 2019 yakni US$116 juta menjadi US$3,54 juta.