ANALISIS

Dampak Ekonomi dari Lampu Hijau Mudik Lebaran Tak Setimpal

Ulfa Arieza | CNN Indonesia
Rabu, 17 Mar 2021 06:56 WIB
Pengamat menilai dampak ke ekonomi dari mudik lebaran 2021 tidak akan signifikan mengingat pandemi covid-19 belum mereda. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah memberikan lampu hijau mudik lebaran 2021. Ini disinyalkan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang menyatakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tidak akan melarang masyarakat untuk mudik lebaran tahun ini.

Untuk itu, Budi mengungkap Kemenhub akan membuat mekanisme protokol kesehatan ketat yang disusun bersama Gugus Tugas Covid-19. Pasalnya, ia menyadari ada potensi lonjakan pemudik Lebaran tahun ini mengingat sebagian masyarakat sudah menerima vaksin covid-19.

"Terkait dengan mudik 2021 pada prinsipnya pemerintah lewat Kemenhub tidak akan melarang. Kami akan koordinasi dengan Gugus Tugas bahwa mekanisme mudik akan diatur bersama dengan pengetatan, dan lakukan tracing pada mereka yang mereka yang akan berpergian," ujar Budi dalam rapat kerja dengan komisi V DPR RI, Selasa (16/3).

Rencana tersebut sangat kontradiktif dengan kondisi penyebaran pandemi covid-19 yang belum reda meski sudah berjalan satu tahun lamanya. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan izin kegiatan mudik bisa membuat perjuangan melawan pandemi covid-19 selama 12 bulan ini menjadi sia-sia. Belum lagi, tren kasus baru covid-19 selalu meningkat usai liburan panjang.

Tengok saja, kasus positif harian tembus rekor beberapa kali pada Januari 2021 lalu, bertepatan setelah libur panjang Hari Raya Natal dan tahun baru. Misalnya, per Sabtu (16/1), kasus positif virus corona bertambah 14.224 orang dalam sehari.

Melihat hal itu, ia menilai sebaiknya pemerintah mengambil langkah ketat dalam mudik lebaran tahun ini. Terlebih, pelaksanaan vaksinasi covid-19 belum maksimal.

Per 16 Maret 2021, data pemerintah mencatat total vaksinasi tahap I baru mencapai 4,46 juta orang, sedangkan vaksin tahap II sebanyak 1,71 juta orang. Angka itu masih jauh dari target pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal (herd imunity) yakni vaksinasi kepada 181 juta orang.

"Kalau kita melarang itu lebih baik, sebab ketat masih ada yang lolos artinya banyak yang lolos, apalagi dibiarkan semakin tidak terkontrol. Jadi, sia-sia upaya pemerintah daerah dan tenaga kesehatan kalau tahu-tahu kasus melonjak," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Belum lagi, ia mengatakan potensi kenaikan kasus covid-19 usai mudik tidak sebanding dengan manfaat ekonomi dari kegiatan mudik. Tauhid memprediksi perputaran uang selama kegiatan mudik lebaran tahun ini tidak signifikan.

"Secara ekonomi tidak berdampak terlalu besar," katanya.

Meski tidak menyebutkan angkanya, Tauhid meramal angka perputaran uang selama lebaran tahun ini lebih rendah dari kondisi normal. Namun, angkanya sedikit lebih tinggi dari tahun lalu.

Catatan Bank Indonesia (BI) menyebutkan penarikan uang tunai selama lebaran 2019 lalu lebih dari Rp160 triliun. Sementara itu, pada lebaran tahun lalu uang tunai siap edar yang disiapkan bank sentral turun menjadi Rp157,96 triliun.

Setidaknya, ada tiga hal yang melandasi prediksi penurunan perputaran uang dibandingkan kondisi lebaran normal. Pertama, daya beli masyarakat masih relatif rendah.

Kondisi ini tercermin dari tingkat inflasi pada Februari 2021 yang hanya sebesar 0,1 persen secara bulanan (mtm). Inflasi ini lebih rendah dibandingkan Januari 2021 sebesar 0,26 persen. Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,38 persen (yoy)

"Inflasi rendah berarti daya beli masyarakat masih tergerus," katanya.

Kedua, ancaman covid-19 masih ada lantaran tingkat penularan belum turun drastis. Di sisi lain, pemberian vaksin belum maksimal menjangkau semua lapisan masyarakat.

Kondisi tersebut berpengaruh pada pengeluaran konsumsi masyarakat selama Lebaran. Ia memperkirakan masyarakat masih cenderung menahan konsumsi selama Lebaran lantaran covid-19 belum reda.

"Dengan situasi covid-19 pasti yang dibelanjakan tidak terlalu banyak. Fenomena Desember seperti itu, jadi libur berapa hari tapi ekonomi meningkat tidak setajam yang dibayangkan, hotel dan restoran tidak terlalu ramai," ujarnya.

Ketiga, ia memprediksi sudah banyak masyarakat pulang ke kampung halaman lebih awal lantaran kehilangan pekerjaan di kota. Masyarakat yang pulang kampung lebih awal itu diprediksi merupakan pekerja informal yang kehilangan pekerjaannya akibat pandemi covid-19. Kondisi ini tentunya mengurangi peredaran uang maupun konsumsi saat Lebaran 2021 ini.

"Jadi, banyak yang sudah pulang saat awal covid-19 karena di kota sudah kehilangan pekerjaan," katanya.



Imbas Minim ke Konsumsi


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :