Pertumbuhan ekonomi Selandia Baru turun 2,9 persen pada 2020. Angka ini menjadi rekor penyusutan tertinggi dalam perekonomian Selandia Baru.
Penyusutan ekonomi tak lepas dari dampak pandemi corona. Statistik Selandia Baru mengatakan ekonomi kontraksi hanya satu persen pada kuartal terakhir 2020.
Namun, resesi yang disebabkan virus corona menjadi penurunan tertinggi di Negeri Kiwi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penurunan produk domestik bruto tahunan sebagian besar disebabkan oleh efek penguncian nasional Tingkat Empat Waspada awal tahun 2020," ujar Biro Statistik setempat, dikutip dari AFP, Kamis (18/3).
Penguncian paksa (lockdown) di Selandia Baru pada Maret-April tahun lalu sangat penting dalam membantu menahan virus. Tercatat Selandia Baru hanya memiliki 26 kasus kematian dari populasi lima juta orang.
Namun, pembatasan tersebut membawa negara itu ke dalam resesi pertamanya dalam satu dekade sebelum ekonomi bangkit kembali dengan pertumbuhan 13,9 persen pada kuartal ketiga.
Kepala ekonom Kiwibank Jarrod Kerr mengatakan penurunan 1 persen pada kuartal keempat lebih dari yang diharapkan tetapi dapat dimengerti mengingat volatilitas yang disebabkan oleh pandemi.
Dia mengatakan absennya turis internasional berarti ada juga kemungkinan pertumbuhan negatif ringan pada kuartal pertama 2021, menempatkan Selandia Baru dalam resesi teknis. Namun, penting untuk melihat ke depan, katanya.
"Peluncuran vaksin dan pembicaraan tentang perjalanan dengan Australia akan mendukung pertumbuhan yang solid pada 2022," ujar Kerr.
Menteri Keuangan Grant Robertson mengatakan tidak mengherankan persentasenya melonjak. Namun, angka ini menunjukkan ekonomi Selandia Baru telah mengungguli Australia, Inggris, Amerika Serikat dan Jepang.
"Ekonomi kami tetap kuat. Kami akan tetap berpegang pada rencana kami yang telah berhasil membantu Selandia Baru melalui pandemi ini," pungkas Robertson.