Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi menyatakan tidak ada desa berstatus tertinggal dan sangat tertinggal di Bali pada 2020, meski tengah ekonomi tengah tertekan virus corona atau covid-19.
"Bahkan desa-desa di Bali sudah membangun sanitasi, MCK, dan lainnya. Desa mereka merupakan desa wisata. Bali termasuk provinsi dengan desa yang maju dan tidak ada desa yang masuk klasifikasi tertinggal," ujar Budi di acara Bali Economic and Investment Forum 2021, Kamis (8/4).
Secara rinci, Budi mencatat ada 636 desa di Bali. Pada 2015, jumlah desa mandiri sebanyak 22, kini sudah bertambah hampir 10 kali lipat menjadi 211 desa pada 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Jokowi Ingatkan Pengusaha Bayar THR Pekerja |
Sementara desa berkategori maju ada 166 desa pada 2015, dan kini naik dua kali lipat menjadi 343 desa. Banyaknya desa yang 'naik kelas' ke kategori mandiri dan maju membuat jumlah desa berkembang turun.
Semula ada 190 desa pada 2015, kini tinggal 82 per tahun lalu. Sedangkan desa tertinggal ada 52 dan sangat tertinggal ada 3 pada 2015, namun kini sudah tidak ada.
Budi mengatakan para desa di Bali mampu naik kelas karena berhasil memaksimalkan aliran dana desa dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
"Realisasinya terus mencapai 100 persen dari 2016 sampai 2020," katanya.
Pada 2016, nilai dana desa yang terserap mencapai Rp416,26 miliar. Lalu, naik menjadi Rp537,26 miliar pada 2017, Rp530,21 miliar pada 2018, Rp630,19 miliar pada 2019, dan Rp650,92 miliar pada 2020.
"Untuk tahun ini dana desa dianggarkan Rp679,13 miliar, baru terserap 36,76 persen," jelasnya.
Tak cuma desa yang naik kelas, kontribusi dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga cukup dominan di desa-desa Bali. Tercatat ada 588 BUMDes di Bali saat ini dengan omzet mencapai Rp274,98 miliar pada 2020.
(uli/agt)