Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap neraca beras nasional pada Mei 2021 mendatang masih tercatat berlebih atau surplus hingga 3,6 juta ton beras.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan perhitungan diambil dari selisih proyeksi produksi beras Januari-Mei 2021, yakni 15,89 juta ton dan proyeksi konsumsi untuk periode yang sama sebanyak 12,24 juta ton beras.
"Secara nasional, sampai Mei, ada surplus 3,6 juta dari kondisi yang ada," kata dia pada webinar Pataka bertajuk Situasi Ketahanan Pangan Beras 2021, Kamis (15/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surplus itu, menurut dia, ditopang oleh kondisi curah hujan yang tinggi pada akhir 2020 hingga awal 2021. Sehingga berpotensi meningkatkan luas panen padi.
Ia mencatat terjadi kenaikan luas panen pada tahun ini sebesar 0,23 persen atau dari 5,15 juta hektare (Ha) pada Mei 2020 menjadi 5,38 juta Ha pada periode sama 2021. Dari sana, terjadi kenaikan produksi padi hingga 1,52 juta ton atau 5,78 persen lebih banyak dari periode sama tahun lalu.
Bersambut, Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Herizal mengatakan terjadinya fenomena anomali iklim La Nina yang masih berlangsung hingga April 2021 mengakibatkan musim basah atau hujan di Tanah Air menjadi lebih panjang.
Keadaan ini, lanjutnya, membuat tanaman yang membutuhkan asupan air tinggi memilikiperiode tanam lebih panjang.
Meski tak serempak, namun BMKG memperkirakan puncak musim kemarau baru akan terjadi pada Agustus dan September 2021.
Dia juga menyebut hujan pada April-Mei 2021 akan lebih basah dari rata-rata hujan selama 30 tahun terakhir. Baru pada Juni, pola hujan akan kembali ke posisi normal.
"Untuk tahun ini di awal musim kemarau yang mundur, yang diprediksi di atas normal berpotensi dapat meningkatkan luas tanah saat musim kemarau 2021," bebernya.